Jumat, 05 September 2008

Antara Idealisme dan Bisnis

Oleh : Nolpitos Hendri S.Hum

Kehadiran media massa, baik cetak maupun elektronik idealnya bisa menjawab segala kepenasaran masyarakat atas perkembangan informasi di segala segi yang sesuai dengan fakta. Hal itu kiranya harus terus dijaga oleh jajaran sebuah perusahaan media massa tersebut. Namun, dalam perjalanannya, media massa membutuhkan dana guna bertahan hidup dalam persaingan bisnis.

Akibat dari semua itu, wartawan sebagai ujung tombak pada perusahaan tersebut dipengaruhi tujuan bisnis itu sendiri yaitu keuntungan. Sehingga, banyak dari wartawan yang terkesan meminta kepada relasinya atau publik figur. Baik itu berupa iklan maupun berupa ucapan selamat dan sebagainya yang sifatnya menghasilkan uang. Karena, wartawan mendapat persen dari semua itu.

Kelanjutan dari semua itu, berpengaruh kepada keidealisan seorang wartawan itu sendiri dan keindependenan media massa tersebut. Sehingga, pembaca sebagai konsumen berita dirugikan. Karena, mereka tidak mendapatkan berita yang sesuai dengan fakta. Malahan mengkomsumsi berita kini telah terkontaminasi oleh hubungan emosional antara wartawan dan publik figur yang diberitakan tersebut.

Hal itu kiranya telah termasuk kepada pembohongan publik. Disini bukan publik figur atau instansi terkait yang harus disalahkan karena memberikan informasi yang salah, atau juga wartawan si penulis berita, akan tetapi media massa itu sendiri yang telah dipengaruhi kekuasaan seorang publik figur karena termakan jasanya berupa iklan dan lainnya yang berlembar-lembar dan memenuhi halaman media itu..

Lantas bagaimana supaya hal ini tidak terjadi? Semua ini harus diakhiri dan dewan pers disini harus bertanggung jawab. Sehingga masyarakat sebagai konsumen berita tidak lagi dirugikan dan dibohongi dengan berita yang telah terkontaminasi keberpihakan. Dengan demikian, masyarakat bisa menjadi penilai dan pengontrol kebijakan pemerintah dan hal lainnya yang dilakukan publik figur dan instansi yang berkaitan dengan masyarakat. Sejalan dengan itu, kemajuan pun bisa di dapat.

Akhirnya, idealisme seorang wartawan tidak perlu lagi dipertanyakan dan keberpihakan media massa pun dapat dihindari. Masyarakat sebagai konsumen informasi bisa untuk mendapatkan informasi yang bersih dari pengaruh goverment dan keberpihakan.

Penjelasan di atas, tidak lain disebabkan karena tidak kuatnya modal perusahaan pendiri media massa itu sendiri dan karena kebobrokan penghuni media massa tersebut. Sehingga masyarakat mereka dustai dan bohongi dengan kabar maya. Sementara, bila media tersebut didirikan oleh perusahaan yang bermodal kuat dan selektif dalam menerima pegawai serta bisa mendisiplinkan pegawainya, kejadian seperti itu tidak akan terjadi. Masyarakat tidak akan dirugikan.

Tidak ada komentar: