Kami Telah Menikah Pada Tanggal 06 Juli 2008 Lalu. Kami berdua mohon do'a dari pengunjung semoga kami menjadi keluarga yang sakinah mawaddah warahmah. Amin.
"La... Aku sayang kamu. Aku peduli sama kamu. Sekelam apa pun masa lalu kamu, bagi aku kamu tetap bidadari dalam hidupku. Jangan pernah lagi ngomong kalo kamu ga pantas buat aku!" Aku terseguk dalam pelukan Abdul yang kian erat. Abdulku. Laki-laki yang kukagumi. Cintanya begitu dalam kurasakan. Tapi apakah aku pantas mendapatkannya? Dia laki-laki yang bisa menjaga dirinya dengan cukup baik, sedang aku?
Terkenang hari-hari di masa kecil dulu. Saat keluargaku harus tinggal dan bekerja di sebuah rumah minum. Dimana rumah itu dipenuhi para pemabuk, juga para pelacur. Ayah hanyalah seorang satpam di sebuah perusahaan. Dan ibuku... Beliau adalah kasir di rumah minum itu. Karena ibu bekerja di situlah, maka keluarga kami diberi dua kamar gratis di salah satu bagian rumah. Sebagai akibatnya, ibu tidak menerima gaji sepeser pun dari si pemilik.
Rumah minum itu cukup luas. Terdiri dari satu rumah utama yang bertingkat. Memiliki beberapa kamar yang tentunya kalian tau akan digunakan untuk apa. Teras luas di bagian depan dan di tingkat dua. Bar di ruang utama. Dan tigabelas pondok kecil terbuka yang mengelilingi rumah utama. Di dekatnya ada sebuah danau. Aku suka memancing dan angon itik di sana. Kadang-kadang juga suka hunting telor itik yang berceceran di mana-mana. Tau sajalah gimana kelakuan para itik itu. Ah iya, ada juga pondok-pondok yang untuk menuju ke sana harus melewati labirin tanaman dulu. Sepertinya masa laluku indah ya? Benarkah?
Dulu, kami juga pernah tinggal di gudang kantor tempat ayah bekerja. Bersama roll roda alat berat yang penuh oli. Bersama tikus-tikus. Kami tinggal bersama di ruangan tanpa jendela seluas tiga kali lima belas meter. Karena itulah maka ayah dan ibu bersedia saat ditawari untuk memegang rumah minum itu. Hanya agar anak-anaknya bisa merasakan rumah yang lebih layak. Layakkah?
Aku ingat dulu, saat aku bermain-main di sekitar rumah. Angon itik di danau. Dan memancing mujair untuk digoreng. Saat melewati sebuah pondok yang cukup terpencil di sudut halaman, aku mendengar suara erangan. Suara erangan yang aneh. Seperti kesakitan, tapi juga nikmat. Kontradiksi banget. Lalu aku masuk ke pondok itu. Kulihat seorang laki-laki besar yang telanjang bulat sedang menjilat kemaluan salah satu tante yang juga tinggal di rumah minum itu. Tante juga telanjang. Ibu sering menjilat lukaku, jadi kupikir om itu sedang berusaha menyembuhkan luka tante. Mulanya mereka kaget melihatku. Aku bertanya, "’Apem" tante luka ya, om? Ko dijilatin gitu?" Gelagapan, si om menjawab, "eh, iya." Lalu tante menyuruhku untuk segera pulang. Aku pun pergi.
Aku tak begitu ingat apa yang terjadi pada diriku. Yang kuingat, di usia TK aku sudah tau apa itu seks. Di usia TK-lah, pertama kalinya aku melakukan masturbasi (setelah besar baru aku tahu kalo itu disebut masturbasi). Aku gunakan sebuah guling untuk kugesek-gesekkan di kemaluanku. Rasanya geli. Di usia TK pula pertama kalinya aku mencoba meminum minuman keras (bir bintang aja sih). Dicekoki oleh salah satu om di sana. Om itu dimaki-maki oleh ibu saat ibu tahu. Di usia TK, setiap malamku penuh dengan teriakan-teriakan para pemabuk yang terkadang suka memukuli pelacur-pelacur di rumah minum itu. Juga terdengar suara desahan dan erangan yang tanpa malu-malu. Ayah, terkadang tak ada di rumah bila terkena shift malam. Setiap malam, kami bertiga (aku dan kedua kakakku) di kunci di kamar oleh ibu. Beliau takut para pemabuk itu akan mengganggu kami. Ah iya, ada seseorang yang menggambar cewek bugil di salah satu lantai pondok-pondok kecil itu. Seukuran wanita dewasa. Aku menyebutnya "Pondok Mesum".
Akhirnya waktu aku kelas 2 SD, ayah memilih tuk pergi dari rumah minum. Mungkin beliau merasa, sangat tidak sehat bagi anak-anaknya untuk tumbuh di tempat seperti itu. Kami pun mengontrak sebuah rumah bangsalan dengan satu kamar tidur yang memanjang bak kereta api. Lagi-lagi tanpa jendela selain di depan dan di belakang rumah. Tapi lumayanlah.
Tetangga sebelah kiri di bangsalan itu memiliki seorang anak perempuan yang berusia di atasku. Tapi papanya sangat jahat. Entah berapa banyak pukulan yang diterimanya hanya karena kesalahan yang sepele. Bahkan terkadang untuk kesalahan yang tidak dilakukannya. Pukulan serta hukuman tidak senonoh itu dilakukan papanya dalam keadaan sadar! Dia juga pernah menghukum temanku itu dengan menjemurnya di halaman depan rumah dalam keadaan bugil!!! Siang hari, saat jalanan sedang ramai dilewati orang. Padahal tubuh temanku itu bongsor. Payudara pun telah ia miliki. Ah, aku tak tega melihatnya. Betapa teganya laki-laki itu mempermalukan anak kandungnya sendiri.
Part 2
Kelas 5 SD, keluarga kami pindah lagi. Cukup lama kami tinggal di rumah ini. Ya, soalnya ayah telah membelinya untuk tempat tinggal kami yang permanen. Penuh dengan jendela. Berada di atas bukit menghadap laut. Setiap kali matahari senja rebah ke peraduan, lukisannya jelas terlihat dari teras depan. Mungkin itu yang membuatku mencintai senja. Aku sering menikmatinya dari markas kecilku di atas pohon mangga di depan rumah. Sampai sekarang, aku merasa itu adalah rumah terbaik yang pernah aku tinggali. Teman-teman main yang seusia juga banyak sekali di sana. Masa-masa terindah saat aku masih kecil. Tapi itu ga lama.
Beberapa tahun kemudian, saat aku smp, temanku (tetangga sebelah rumahku) kedatangan dua orang sepupunya dari kota lain. Mereka akan tinggal dirumahnya. Katanya sih mau kuliah di kota ini. Laki-laki. Kembar identik. Salah satunya kemudian sering melakukan pelecehan seksual kepadaku. Pertama kali bertemu, dia tersenyum aneh padaku. Heran, tapi kubalas saja senyum itu. Suatu hari rumah temanku lagi sepi, saat berjalan di lorong rumahnya yang sempit, aku berpapasan dengan sepupunya itu. Tiba-tiba dia menekanku di dinding dan meraba payudaraku.
Tapi untung saja tiba-tiba ada suara mendekat, dia lalu pergi menyisakan senyum anehnya. Di hari yang lain, dia mencoba menyentuh dan meremas pantatku dengan sengaja, bahkan terkadang menekanku ke dinding dan mengelus-elus pangkal pahaku dan berusaha menciumku. Senyum dan wajah mesumnya itu membuatku merasa sangat muak! Tapi aku ga berani cerita sama orang lain. Aku malu dan takut. Tapi sepertinya justru itu yang membuat dia semakin berani kepadaku. Aku bingung. Aku ga bisa membedakan mereka (dia kembar identik). Siapa yang telah melakukan pelecehan kepadaku? Aku muak dan ketakutan bila bertemu dengannya. Aku benci dia. Sejak itu, aku selalu langsung pulang bila ada dia di rumah temanku.
Lalu aku pindah ke sebuah kota dengan menyisakan rasa minder dan kesal terhadap laki-laki itu, juga terhadap diriku yang tidak berani melakukan apa-apa untuk menjaga kehormatanku.
Beberapa tahun kemudian (kelas 3 SMA), aku punya pacar. Pacar pertama. Dia yang mengajariku beberapa jenis ciuman. Dia juga yang pertama kali meraba, meremas, menjilat, dan menggigit payudaraku. Menyentuh dan mengusap vaginaku. Penisnya pula yang pertama kali kusentuh. Tapi kami tidak pernah bersetubuh. Telanjang pun tidak. Hanya petting. Sejak saat itu baru aku tahu nikmatnya disentuh laki-laki. Mungkin karena dilakukan atas dasar suka sama suka. Suatu ketika, dia harus pergi ke luar kota untuk bekerja di sana selama setahun. Kurasa aku cukup setia menantinya. Tapi kabar apa yang akhirnya kudengar? Di sana dia bercinta dengan perempuan lain. Seorang pelacur. Satu perempuan untuk bertiga! Aku syok. Aku lebih suka kalau dia melakukan itu dengan orang yang dicintainya. Tapi ini... Ah, sudahlah. Akhirnya, kami pun berpisah. Entah sudah berapa wanita yang telah disetubuhinya di sana.
Kembali aku pindah ke kota lain. Kuliah. Punya pacar juga di sana. Pernah di kamar kos-nya kami bergumul hebat hingga telanjang bulat. Tapi saat dia meminta untuk memasukkan penisnya ke dalam vaginaku, aku ngga mau. Aku ketakutan. Mungkin karena aku belum pernah melakukannya, mungkin juga karena aku masih memegang keinginanku untuk mempertahankan keperawananku hanya untuk suamiku nanti. Tapi semoga saja karena aku masih takut Tuhan. Dan untung saja hal itu tidak kulakukan. Sebab baru ku tahu bahwa ternyata pacarku itu sering sekali having seks dengan pelacur-pelacur di pinggiran kota. Dia juga punya selingkuhan di kota lain. Mereka seringkali bercinta di sebuah kontrakan tempat selingkuhannya itu tinggal. Tapi kemudian ketahuan warga setempat karena alasan yang sangat bodoh. Karena anak-anak kecil di sekitar rumahnya menemukan kondom di tempat sampah, yang lalu mereka tiup karena disangka hanyalah sebuah balon biasa. Saat ditanya orang tua mereka, mereka bilang telah menemukannya di rumah selingkuhan pacarku itu. Setelah tertangkap basah, pacarku dan selingkuhannya pun dikawinkan. Cowo sialan! Kesal banget telah membiarkannya melihat tubuhku dalam keadaan bugil.
Part 3
Akhirnya aku dijodohkan oleh orangtuaku. Siti Nurbaya banget, dinikahkan hanya untuk membayar hutang orang tua. Aku enggan bercinta dengannya. Malam pertama aku langsung tidur. Tepatnya sih berpura-pura tidur. Hingga hari pun berganti minggu. Akhirnya dia ga tahan lagi. Suatu malam dia mulai menciumku dengan liar. Ah, setetes air mataku menetes dalam gelap tanpa dia tahu. Dia memperlakukanku dengan kasar. Seperti binatang buas yang kelaparan. Sakit. Sakit sekali di bawah sana. Aku menangis. Tapi lalu dia hanya menyuruhku memperlihatkan darah perawanku kepadanya. Mungkin agar dia merasa puas karena telah medapatkan seorang yang masih perawan. Aku lalu ke kamar mandi. Masih kesakitan dan menangis. Darah mengalir dari vaginaku. Kupandangi dengan tatapan sedih. Aku kembali ke kamar. Masih terisak, masih kesakitan. Aku hanya berharap suamiku akan memeluk dan menghiburku. Tapi... Dia malah tidur begitu saja. Meski aku terisak keras, dia tak juga bangun. Kusentuh tubuhnya, kugoyangkan. Dia pulas hingga pagi. Isakku berubah menjadi tangis tanpa suara. Airmata mengalir dalam diam. Cuma inikah penghargaan bagiku? Sesal yang kurasa tak kunjung hilang hingga saat ini. Setelah malam itu akupun bercinta dengannya dengan pasrah, tanpa rasa. Hanya karena itu kewajiban seorang isteri. Aku baru tahu kalau aku adalah petarung hebat di atas ranjang. Aku juga baru tahu bahwa aku sangat ahli berpura-pura. Namun belum sampai setahun, dia menceraikanku. Karena tergiur dengan perempuan lain. Aku tidak sudi dipoligami oleh laki-laki seperti dia. Antara bahagia dan sedih. Ya, aku sedih. Dia yang pertama. Aku hanya ingin bercinta dengan satu laki-laki saja dalam hidupku. Tapi aku juga merasa senang bisa berpisah darinya. Entahlah. Aku tak tahu lagi apa inginku.
Setahun kemudian aku bertemu laki-laki lain. Aku tertarik dengannya. Tapi dia terlalu berani. Mungkin karena merasa diri yang tak lagi berharga (pemikiran yang bodoh) atau karena rayuan mautnya yang tak kenal menyerah, akhirnya aku mau diajaknya tidur. Hingga akhirnya aku hamil. Kusampaikan padanya. Klise. Dia suruh aku gugurin kandunganku. Kusuruh dia pergi saja bila memang dia ga mau bertanggung jawab. Biar aku sendiri yang tanggung semua ini. Tapi dia ga mau. Dia bilang, karma dari meninggalkan anak sangatlah berat. Dia ga akan mungkin bisa sukses. Dan dia bilang, dia mau menikahiku tapi jangan dalam keadaan hamil. Orang tuanya ga akan bisa menerima. Akhirnya aku mau juga gugurin kandungan itu. Bego banget! Well, lagi-lagi klise. Dia pergi dariku setelah anak itu ngga ada. Katanya ada perempuan lain yang tiba-tiba dicintainya. Tanpa dosa. Tanpa rasa bersalah. Ah, ternyata dia menyuruhku aborsi hanya karena dia takut terkena karma, bahwa dia tidak akan bisa sukses bila aku tetap mempertahankan anak itu dan membesarkannya tanpa dia. Rasanya remuk. Rasa berdosa kembali menyeruak karena telah menghilangkan nyawa mungil itu. Tapi aku ga mau menghiba kepada laki-laki itu. Dia laki-laki yang tidak berguna. Tidak bertanggung jawab. Untuk apa dipertahankan. Tapi tetap saja, rasanya diri ini benar-benar sudah tidak berharga lagi.
Entahlah, mungkin aku terlalu percaya pada orang lain. Aku selalu berpikir orang lain tidak mungkin berniat jahat kepadaku. Toh aku tidak berbuat jahat kepada mereka. Dan pikiran ini tetap ada hingga sekarang. Naif ya? Abdul sering bilang, "Jangan terlalu percaya sama orang lain, La. Termasuk sama Abdul juga. Tapi Abdul akan berusaha untuk selalu menjaga La."
Setelah itu, hampir saja aku menjadi penganut seks bebas (bukannya sudah?). Toh, bagi kebanyakan orang, seks hanyalah sebuah acara untuk sekedar bersenang-senang saja. Bukan sesuatu yang suci dan agung. Pernah sekali aku bercinta dengan seorang suami dari seorang istri yang cantik dan seksi, sekaligus ayah dari seorang bayi lucu nan cantik yang baru aku kenal! Ah, tapi setelah itu aku ketakutan dan merasa bersalah sekali. Aku merasa ga nyaman. Aku juga ga mau merasa diri seperti pelacur. Akhirnya kuambil semua uang di atm-ku dan kubayar dia satu juta empat ratus ribu rupiah untuk menghilangkan rasa itu. Setelah itu, aku pun berusaha menjauhinya. Setiap sms dan telponnya selalu kuhindari. Tapi tetap saja, rasa bersalah itu terus menghantuiku.
Part 4
Hingga akhirnya aku bertemu seseorang. Seorang yang begitu baik. Yang bisa kurasakan ketulusan cintanya di kedalaman hatiku. Yang membuatku merasa berarti. Yang selalu membantuku merasa cukup berharga. Yang membuatku sangat sangat ingin merubah semua pandanganku yang slah. Yang bisa menerimaku seperti apa pun masa laluku. Dia hanya memintaku untuk tidak lagi mengulangi semua itu. Setengah tahun kami bersama, dia hanya berusaha menggenggam erat tanganku sambil memandang lembut mataku. Dia memelukku hanya di saat aku merasa down, sedih ‘n need a shoulder to cry on. Sekedar untuk menguatkanku. Untuk meyakinkanku bahwa aku tidak sendiri. Bahwa aku masih miliki dia. Dia Abdul-ku. Abdul yang kucintai.
Tapi kenapa sulit bagiku untuk percaya padanya? Benarkah dia mau menerimaku apa adanya? Benarkah dia tidak akan meninggalkanku. Benarkah dia... Ah, aku ketakutan pada keindahan cinta yang dia tawarkan. Aku takut ini hanya ilusi. Pantaskah aku mendapatkannya setelah semua yang telah kulakukan?
2 komentar:
lei bisa basi awak lei da? kok lei kunjungi www.pasajomak.blogspot.com. btw blog uda boghek mah, payah kami yg pakai kmpter odong2 dikampuang.
uda ko gagah bana, salam kenal ciek lu, hehehe
Posting Komentar