Kamis, 03 Januari 2008

Sungai Pisang Porak Poranda Diterjang Gelombang

14 Rumah Ambruk, Warga Mengungsi

PADANG, METRO

Isu gempa dan Tsunami yang ditakutkan oleh warga Kota Padang yang akan terjadi tangal 23 Desember lalu memang tidak terbukti. Namun cukup untuk membuat menderita dan takut warga yang tinggal di pinggiran pantai. Seperti di Sungai Pisang Kelurahan Taluak Kabuang Selatan Kecamatan Taluak Kabuang.

Di sini, dari pantauan POSMETRO, setidaknya 14 unit rumah porak poranda akibat diterjang gelombang pasang yang tingginya melebihi rumah warga tersebut. Tepatnya di Pasie Gantiang di Sungai Pisang tersebut. Gelombang pasang itu terjadi pada malam hari pada saat warga sedang ronda menunggui rumah yang ditinggal mengungsi leh pemiliknya, Selasa (25/12) sekitar pukul 22.00 WIB.

Sementara seorang warga yang rumahnya terkena gelombang pasang dan ambruk, Asril (48) alias Bujang Ampo yang ditemui POSMETRO saat memperbaiki rumahnya itu mengatakan, bahwa rumahnya ambruk akibat diterjang gelombang pasang bersama 13 unit rumah warga lainnya. Ini sudah yang ketiga kalinya dalam tahun ini dan ini cukup parah.

"Galombang tu bisa malompati rumah ambo ko nak, wakatu itu ambo sadang ronda basamo kawan-kawan jo Ketua RT. Untung alok-alok alah dipindahkan ka bagian muko, kalau indak dibawonyo dek galombang pasang tu basamo ambruk nyo rumah ambo ko," ungkap Asril.

Sementara itu, istrinya, Adisna (35) alias Gadih kepada POSMETRO mangaku sangat tersiksa akibat isu yang dilontarkan leh orang Brazil itu. Sehingga ia bersama tiga anaknya dan sekitar 40 kelarga lainnya telah mengungsi sejak tanggal 20 Desember lalu sampai sekarang.

"Di penginapan itu kami hanya makan seadanya. Umpama makan sekali sehari saja. Karena paginya kami memasak di rumah ini dan kemudian membawanya ke tenda pengungsian di Tampat (Taman Pakuburan-red). Nasi yang dibawa itu dimakan bersama hingga pagi tiba lagi. Sedangkan malamnya kami tidak berani untuk ke rumah karena takut isu tersebut," tutur Gadih.

Lebih tersiksanya, tambah Gadih, suami saya hanya sebentar saja ke laut untuk mencari ikan. Sehingga ikan yang didapat hanya untuk makan saja, sedangkan untuk dijual tidak ada. Hal itu dibenarkan Asril suaminya.

"Baa la namonyo tu diak, lai ka lauik juo, tapi dalam kadaan takuik jo cameh. Dikajaan sabanta se nyo. Isu ko manyeso kami bana. Salain trauma juo menyeso kaluarga kami.

Warga lain yang rumahnya juga ambruk diterjang gelombang pasang, Zuraida (55) dan anaknya Endriani (26) yang sedang menggendong anaknya, Farel (2,5 bulan) kepada POSMETRO mengatakan, kalau ketika rumah mereka diterjang gelombang pasang mereka sedang mengungsi di Bukik Kuburan. Datang ke rumah ini hanya untuk memasak nasi dan sambal untuk makan di pengungsian.

Dikatakan Zuraida, dalam setahun ini, sering sekali gelombang pasang. Namun, ini gelombang yang terbesar yang mencapai atap rumah dan membuat ambruk dindingnya.

Hal senada juga disampaikan seorang nenek jompo, Ana (70) yang tinggal bersama anaknya yang janda beranak tiga, Marna.

Warga minta Pindah

Lebih jauh, Ana dan Marna kepada POSMETRO mengatakan ingin meminta pindah kepada pemerintah. Karena mereka sudah tidak sanggup lagi tinggal di tepi pantai ini.

"Walau kata pepatah, "Kok takuik di lamun galombang jan barumah di tapi pantai," tapi kami kini la takuik. Kalau dulu indak sarupo iko. Untuak itu kami baharok ka pamarintah untuak mamindahkan kami ka tampek nan jauh dari lauik, tapi indak mahalangi kami untuak bausaho mancari ikan. Karano hanyo nelayan ko usaho kami," ungkap Ana yang telah 70 tahun merasakan susah senangnya hidup di tepi laut atau dipantai ini.

Hal senada juga dikatakan Daisyah (70) yang tinggal bersama cucunya yang yatim piatu serta juga menderita keterbelakangan mental, Joni (25) kepada POSMETRO mengatakan, rumahnya memang tidak diterjang gelombang. Tetapi penuhi air gelombang pasang tersebut. Namun, rumahnya yang sudah retak-retak akibat gempa dulu semakin rapuh karena dimasuki air laut tersebut.

Sementara itu, Ketua RT 01 RW II Kelurahan Taluak Kabuang Selatan, Elmi Rumi yang ditemui di rumahnya yang juga dimasuki air gelombang pasang kepada POSMETRO mengatakan, warga pemilik 14 unit rumah itu sudah meminta pindah kepadanya sejak gelombang pasang yang lalu. Namun, lokasi untuk pemindahan mereka belum ada.

Diterangkannya, pemilik 14 rumah itu adalah, Wardi, Gusniwati, Marjulis, Asril, rawan Bahar, Syahrial, Hasan Leni, Mas Letot, Marna, Adisna, Isman PD, Kasmawati, Kadir dan Man Laban. Semua rumah mereka rusak berat akibat diterjang gelombang pasang karena memang rumah mereka berada di bibir pantai.

Sementara ini, lanjut Elmi, bantuan untuk mereka yang terkena gelombang pasang dan mengungsi memang belum ada. Sementara mereka sudah mengungsi sejak tanggal 20 Desember lalu. Mereka makan seadanya, karena mereka hanya memasak pada siang hari dan malamnya mereka tidur di pengungsian.

Camat Bunguih Taluak Kabuang, Syafruddin SSos yang sempat bertemu POSMETRO saat menuju Sungai Pisang mengatakan bahwa dirinya bersama Lurah Taluak Kabuang Selatan, Aliyus Kopal akan melakukan pengecekan keperluan warga. Sehingga bantuan yang akan diberikan jelas dan cocok dengan apa yang dibutuhkan warga. (nph)

Tidak ada komentar: