Selasa, 29 Januari 2008

Soeharto Meninggal Dalam Keadaan Tidur



NAS//28 Januari 2008

*Ratusan Warga Berebut Melihat Jenazah di RSPP

Jakarta—Setelah 23 hari berjuang untuk pulih dari berbagai gangguan fungsi organ, akhirnya kemarin mantan presiden Soeharto pergi menemui Sang Khalik. Ratusan orang berkerumun dan berebut untuk melihat jenazah dibawa ke kediamannya di Cendana.

Meninggalnya mantan Presiden Soeharto dikabarkan secara resmi oleh tim dokter yang merawatnya pukul 13.30 kemarin. Tak banyak penjelasan yang diberikan oleh ketua tim dokter kepresidenan Mardjo Soebiandono seperti hari-hari biasanya. “Innalillahi wa innailaihi rojiuun bapak HM. Soeharto telah meninggal dunia dengan tenang pukul 13.10 tadi,” ujarnya saat membuka konferensi pers kemarin.

Hanya sebaris kalimat yang diucapkannya dengan mimik wajah tegang. Tak satupun pertanyaan wartawan tentang detik-detik terakhir meninggalnya Soeharto yang dijawab. Diapun lantas memberikan kesempatan putri sulung mantan presiden RI ke-2, Siti Hardiyanti Rukmana, untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan wartawan. Pertanyaan tentang bagaimana mantan presiden RI terlama itu meninggal hanya didapat secara singkat dari anggota tim dokter Soeharto Djoko Raharjo. “Beliau meninggal dengan tenang seperti sedang tidur,” katanya usai konferensi pers.

Sementara itu, dengan berkerudung hitam dan memegang selembar tissue, Tutut pun mulai memberikan pernyataannya. Dimulai dengan kalimat istighfar dan sambil menangis, putri sulung Soeharto itu meminta maaf atas semua kesalahan ayahnya.”Kami mohon apabila ada kesalahan, bapak dimaafkan dan kami juga mohon doa restunya agar perjalanan bapak lancar, dilindungi oleh Allah, diterima segala amal perbuatannya,” katanya kemudian terisak.

Selain itu, Tutut juga berterimakasih kepada semua orang yang telah mendoakan maupun menjenguk ayahnya.“Terima kasih kepada semua pihak yang telah mendoakan bapak kami. Siapa saja yang datang maupun menjenguk ke rumah sakit,” katanya lantas terdiam sejenak dan mengusap air matanya.

Seperti halnya tim dokter, Tutut pun tidak mau menjawab pertanyaan seputar kematian mantan presiden berusia 87 tahun itu. “Maaf saya tidak bisa menjawab pertanyaan itu, bukan saya tidak mau tapi karena ini terlalu berat bagi kami,” ujarnya lantas menutup jumpa persnya.
Penjelasan mengenai saat-saat terakhir Soeharto akhirnya didapatkan dari salah satu tim dokter Soeharto, Profesor Jose. Menurut dokter berkacamata itu, kondisi Soeharto sehari sebelumnya sangat baik. “Beliau tidak pernah koma, baru tadi jam 1 malam (kemarin) Pak Harto koma,” bebernya. Menurut penilaian dokter, kondisi mantan presiden itu dianggap paling parah bila dibandingkan hari Jumat (11/1). Pasalnya, 100% fungsi paru-paru telah digantikan oleh ventilator.

Padahal sebelumnya, alat bantu pernafasan itu hanya berfungsi untuk membantu suplai oksigen tapi tidak fungsi bernafas paru-parunya. Dengan ventilator memang paru-paru Soeharto cukup terbantu, namun hal itu bukan tanpa masalah. Sebab, akhirnya kedua paru-paru tersebut terinfeksi kuman dan bakteri yang berasal dari mulut tempat dipasangnya selang ventilator. “Makin lama infeksi itu menjadi sistemik dan membebani semua organ yang ada sehingga satu-persatu organ-organ lain melemah,” beber Jose.

Memang benar karena tak lama kemudian fungsi jantungnya melemah. Akibatnya, jantung tidak kuat memompa darah dan oksigen. “Ini menyebabkan suplai oksigen ke otak terus berkurang sehingga lama-kelamaan otaknya cedera,” lanjut dokter ahli penyakit dalam itu. Penurunan fungsi paru-paru dan jantung terus diperparah dengan tidak berfungsinya kedua ginjal. Kegagalan organ-organ kompleks inilah yang menyebabkan Soeharto tidak bisa bertahan.
Menurut Menkes Siti Fadilah Supari sebenarnya dengan pemasangan ventilator cepat atau lambat akan timbul komplikasi penurunan fungsi organ-organ vital. “Saya mendapat laporan kalau organ beliau terus menurun walaupun terkadang membaik sejak dipasang ventilator,” ujarnya ketika dihubungi kemarin.

Sementara itu, menjelang pemulangan jenazah Soeharto, di luar gedung A RSPP telah berjaga-jaga 17 personel kopassus dari Sat 81 Jakarta. Delapan orang diantaranya bertugas memikul jenazah ke ambulans. Sementara sembilan lainnya mengawal di belakang ambulans tersebut. (nue/bay)

Tidak ada komentar: