Rabu, 02 Januari 2008

RSUD Padang seperti Laut, Pasien Tetap Terlayani

Petani Terancam Gagal Panen, Puluhan Rumah Warga Terendam
DKS-PBB Kurang Tanggap

PADANG, METRO

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Padang yang berada di Aie Paku Kelurahan Sungai Sapieh Kecamatan Kuranji ini nyaris tenggelam, Selasa (25/12). Kenapa tidak, hujan yang mengguyur daerah itu sejak malamnya membuat air di beberapa parit tumpah ke darat dan mengalir ke rumah sakit itu hingga setinggi dada anak-anak. Namun, pasien tidak ada yang diungsikan, karena bangsal pasien sedikit lebih tinggi dan tidak tercapai oleh air.

Pantauan POSMETRO di lokasi sekitar pukul 07.00 WIB, terlihat air mengalir ke dalam Unit Gawat Darurat (UGD) dan ke beberapa bangunan baru rumah sakit itu. Sementara pasien terlihat gelisah di bangsalnya. Karena mereka kesulitan untuk keluar untuk membeli makanan dan minuman bagi keluarga mereka.

Namun, pelayanan dari tim medis terlihat tidak terhalang. Walau hanya beberapa orang saja tim medis yang terlihat ada di sana. Karena memang ada yang terlambat datang karena hujan. Sedangkan Tim medis yang tugas malam terpaksa diantar keluar dari rumah sakit dengan mobil ambulance. Karena jalan menuju rumah sakit itu juga dialiri air sekitar setinggi paha orang dewasa dan setinggi dada anak-anak.

Petugas Apotik di rumah sakit itu, Juniati kepada POSMETRO mengatakan bahwa dia sudah datang ke rumah sakit sejak pukul 08.00 WIB. Namun, ia baru bisa masuk ke rumah sakit sekitar pukul 10.00 WIB. Karena jalan menuju rumah sakit masih terendam air dan tidak bisa dilewati sepeda motor.

Ia bisa masuk ke rumah sakit setelah ada mobil ambulance yang mengantar tim medis piket malam ke jalan By Pass masuk lagi ke rumah sakit. Sesampai di rumah sakit, ia menemui semua barang-barang dan buku-buku serta alat-alat yang tidak tahan air sudah diselamatkan ke tempat yang tinggi. Sementara pasien masih tetap di bangsal mereka. Karena memang bangsal mereka tidak dimasuki air karena berada di tempat yang lebih tinggi.

Sementara, di ruangan UGD air mengalir sekitar setinggi mata kaki. Sedangkan di Poliklinik Umum air mengalir deras setinggi dengkul orang dewasa. Alat-alat yang ada di sana sudah diselamatkan ke tempat yang tinggi seperti ke atas meja. Sedangkan beberapa bangunan baru juga terendam dan dialiri air. Namun bangunan tersebut belum ada isinya atau masih kosong karena memang belum sempurna siapnya.

Sedangkan Halimah alias Upiak (37) yang mengaku warga Gunuang Pangilun kepada POSMETRO mengatakan bahwa ia menunggu anaknya yang mengalami demam berdarah. Ia sudah empat hari berada di sini. Sepengetahunnya, hujan mulai turun sekitar pukul 19.00 WIB setelah ia melaksanakan sholat Maghrib.

Awalnya hujan rintik-rintik kemudian deras disertai petir dan guruh serta angin. Keadaan yang seperti itu berlangsung sekitar 3 jam dan kemudian hujan mereda. Namun, tidak beberapa lama hujan turun lagi dengan derasnya dan disertai angin. Hingga ia tertidur sekitar pukul 24.00 WIB, hujan masih turun dengan deras.

Akan tetapi, ia tidak menyangka akan mengakibatkan banjir. Karena setahunya RSUD ini terletak di daerah ketinggian dan tidak mungkin dialiri air atau mengalami banjir. Makanya, setelah ia terbangun pada pagi harinya ia melihat tim medis sibuk membersihkan ruangan UGD dan menyelamatkan barang-barang ke tempat ketinggian. Karena air mengalir di ke dalam ruangan UGD dan Poliklinik Umum.

Namun, ke bangsal pasien tidak sampai air. Karena tempatnya memang sedikit lebih tinggi dari UGD. Sehingga ia mengetahui adanya banjir setelah ingin keluar untuk menjemput makanan dan membeli minuman ke luar rumah sakit. Sedangkan untuk makanan pasien tetap disediakan oleh tim medis, karena paginya ia melihat tim medis memberi makan anaknya.

Petani Terancam Gagal Panen, Puluhan Rumah Warga Terendam

Sementara itu, puluhan hektar sawah warga yang padinya sedang menguning di sekitar rumah sakit itu juga terendam air dan terancam gagal panen. Begitu juga dengan puluhan rumah warga juga terendam air. Sedangkan pihak Dinas Kesejateraan Sosial dan Penanggulangan Banjir dan Bencana (DKS-PBB) belum ada yang datang.

Seorang warga, Ujang (56) kepada POSMETRO mengaku kalau rumahnya terendam air sekitar setinggi lutut orang dewasa. Tidak itu saja, puluhan rumah warga di Aie Paku juga dialiri air. Demikian juga dengan puluhan hektar sawah warga juga dialiri air. Terlihat sawah yang padinya menguning dan sebagian sudah dipanen seperti laut.

Untung saja ia sudah memanen padinya dua hari yang lalu. Sehingga tidak terkena banjir ini. Sementara yang belum dipanen sepertinya terancam panen. Karena kalau dialiri air padinya akan gugur dan rebah serta ditimpa lumpur. Tadinya air yang mengalir di dalam sawah itu sekitar setinggi dada orang dewasa. Sehingga tidak ada terlihat pucuk padi di dalam sawah itu dan pematangnya juga tidak terlihat dan nyaris seperti lautan luas. Namun airnya yang berwarna merah membedakannya.

Sedangkan Sa'ad (58) kepada POSMETRO mengatakan kalau kejadian seperti pertama kalinya sejak empat tahun yang lalu. Keadaan sekarang lebih parah dari kejadian empat tahun lalu itu. Selain airnya cukup dalam juga mencapai RSUD dan merendam puluhan hektar sawah warga yang masih ada padinya. Pada waktu kejadian dulu itu, rumahnya juga tidak tercapai air, namun sekarang tercapai oleh air. (nph)

Tidak ada komentar: