Senin, 26 November 2007

Hampir 12 Kali Tamatkan Al Quran

Rosima (81), seorang nenek kalahiran Pariaman pada Tahun 1926 warga Katapiang Kelurahan Kuranji Kecamatan Kuranji ini kini tinggal bersama dua orang anak laki-lakinya yang sudah duda. Dengan kakinya sebelah kanan yang bengkak akibat dulu pernah terjatuh, kini perempuan jompo itu berjalan dengan memakai bantuan kursi platik yang kakinya sudah dipotong setengah. Dengan umurnya sudah lebih sepertiga abad itu, ia masih bisa membaca Al Quran dan sekarang sudah hampir 12 kali menamatkan Al Quran 30 juz.

NOLPITOS HENDRI-PADANG

Sore itu, Kamis (22/11) sekitar pukul 16.30 WIB, sang nenek berjalan dengan terbata-bata dari ruangan rawat inap RS Dr M Djamil Padang dengan menggunakan kursi plastik berwarna hijau. Setengah dari keempat kaki kursi itu sudah dipotong. Setengah kaki yang empat masih tertinggal itu sudah hampir habis pula karena tergeser ke aspal. Hal ini karena sudah saking seringnya dibawa berjalan oleh sang nenek.

Dari penuturannya kepada POSMETRO, tadinya ia kembali melihat anaknya yang sedang dirawat karena tersengat listrik beberapa waktu lalu. Karena anaknya itu bekerja sebagai seorang tukang las di sebuah bengkel.

Katanya, ia sudah jauh berjalan dengan menggunakan kursi ini. Kadang ke Pasar Raya dan kadang ke rumah anak dan cucunya. Malahan, ia mengaku sudah 90 kali pergi ke rumah kediaman Walikota Padang dalam dua periode yaitu pada saat Zuien Rais dan Drs H Fauzi Bahar MSi. Hal ini dilakukannya untuk meminta bantuan modal usaha. Karena memang ia sudah tidak bisa berusaha selain hanya berdagang dengan membuat "Badak baeh" (sejenis bedak untuk muka yang tepungnya sedikit agak kasar-red).

Namun, suatu ketika, ia mengaku sempat bertemu dangan Walikota Padang, Drs H Fauzi Bahar dan Walikota memberinya beras setengah karung. Ini kedatangannya yang kesekian kali, karena pada saat ia datang sebelum-sebelumnya, ia tidak bisa bertemu Walikota, karena Walikota sedang menjalankan tugas.

Sambil terus berjalan dan sedikit dibantu POSMETRO, sang nenek terus bercerita. Iapun bercerita tentang nasibnya pada saat perjuangan kemerdekaan pada tahun 1945-an. Pada saat itu, keluarganya boleh dikatakan orang yang berada dari keluarga yang lainnya di sekitar Anduring. Namun, kekayaan yang dimiliki hari-hari mulai habis. Karena, para pejuang waktu itu sering meminjam uang, emas dan beras untuk keperluan perang kepada keluarganya. Ada yang dari Solok dan ada yang dari Padang sendiri.

Namun, hingga sekarang pinjaman itu tidak pernah dikembalikan. Karena memang kesemua pejuang itu ia tidak tahu lagi perginya kemana. Mungkin saja semuanya sudah tewas di medan perang dalam mempertahankan kedaulalatan Negara Kesatuan RI ini. Tetapi hal itu tidak perlu disesalkan dan dia juga tidak menginginkan harta kekayaan yang telah dipinjam untuk memperjuangkan negara itu dikembalikan. Karena, walau sekarang ia hidup dalam kesusahan dan ketidak beradaan, tapi ia sudah relakan semua itu.

Sekarang, lanjut Rosima sambil terus berjalan selangkah demi selangkah dengan menggunakan kursi plastik yang setiap mau melangkah ia angkat dan ia dorong ke depan sekitar 50 cm saya hanya bisa berdoa kepada Tuhan untuk diberikan kesehatan dan dibukakan pintu reski.

Sambil terus berjalan dan bercerita, dengan kakinya yang sakit dan berjalan dengan bantuan kursi itu, ia bisa menempuh jalan dari halaman RS Dr M Djamil Padang sampai ke Simpang Jalan Tan Malaka dalam waktu 45 menit. Dalam waktu itu, ia mengaku tidak merasa lelah karena dalam perjalanannya itu ia selalu bercerita dengan POSMETRO. Sehingga, ia tidak terasa waktu sudah berlalu sekitar 45 menit.

Pada penghujung perjalanannya mencapai pertigaan Jalan Tan Malaka dengan POSMETRO, ia bercerita tentang hidupnya kini. Ia tinggal bersama seorang anak laki-lakinya yang sudah duda. Anaknya itu bekerja sebagai tukang bangunan panggilan. Dengan demikian, dia hanya bisa selalu beriktiar dan berdo'a kepada Tuhan. Sehingga kegiatan yang rutin ia lakukan adalah membaca Al Quran. Sehingga, hingga saat ini ia telah hampir menamatkan Al Quran hingga 12 kali.

Katanya, walau kakinya sakit, namun badannya sehat. Begitu juga dengan matanya yang sudah berumur 81 tahun itu. Ia masih bisa melihat tulisan arab di kitab Al Quran dan ia masih bisa membaca Al Quran itu tanpa bantuan kaca mata dengan penerangan lampu listrik.

Ia mengaku mempunyai anak sebanyak 12 orang dari seorang suami yang dulunya seorang pengusaha beras. Sekarang suami dan 3 orang anaknya telah mendahuluinya menemui Tuhan Yang Maha Kuasa. Kini ia selalu berdoa untuk anaknya yang telah meninggal itu. Selain itu juga selalu meminta kemudahan kepada Tuhan untuk kemudahan hidup anaknya yang tinggal 9 orang dengan cucu yang sudah lebih 20 orang. Walau kini mereka semua jauh dimata, namun dekat di hati dan ia sangat menyayangi mereka semua.

Karena ia mengatakan anak-anaknya itu sekarang berada di beberapa daerah dalam merantau untuk mencari kehidupan yang layak. Ada yang di pulau Jawa dan ada pula yang di Jambi. Malahan ada yang di Kalimantan. Akhirnya ia pun berhenti bercerita karena sudah melihat sebuah angkot berwarna hijau yang mau ia tumpangi ke rumahnya di Katapiang di depat RS Asri Jalan M Hatta.

Tidak ada komentar: