Jumat, 09 November 2007

Darah itu Merah Jenderal

Gezahnya sudah Kurang Terasa
Ada yang tidak Ingat dengan hari Pahlawan
Hari Pahlawan itu Harus Dirayakan Khusus

Hari ini, Sabtu (10/11) merupakan hari yang istimewa bagi Indonesia dan Kota Padang khususnya. Yang mana, seluruh warga negara Indonesia dari Sabang sampai Merauke memperingati hari ini sebagai Hari Pahlawan. Namun, kenyataannya di tengah masyarakat bermacam ragam. Ada yang mengaku gezahnya (rasa-red) sudah mulai hilang. Sehingga ada yang berharap Hari Pahlawan ini diperingati secara khusus.

NOLPITOS HENDRI-Pasar Raya

Ternyata, tidak semua orang dan semua masyarakat ingat dengan hari ini adalah Hari Pahlawan. Beberapa orang warga yang sempat ditanyai POSMETRO di Pasar Raya Padang di kawasan yang berbeda dan dengan latar belakang yang berbeda pula, mereka mengaku tidak ingat bahwa hari ini adalah Hari Pahlawan. Mereka juga tidak tahu harus berbuat apa ketika tahu hari ini Hari Pahlawan. Karena, dari dulu mereka tahu memperingati Hari Pahlawan hanya di sekolah dengan melakukan upacara bendera di sekolah. Yang pada itu yang ada hanya sekolah rakyat. Namun ada juga yang tahu hanya karena berjualan bersama orang tua mereka saat upacara Hari Pahlawan itu dan menonton dari televisi.

Namun, semua mereka ingat dengan Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia (G 30 S PKI). Karena pada waktu mereka masih muda, mereka selalu menonton peristiwa sejarah itu melalui televisi. Berhubung pada zaman Orde Baru atau pada saat Indonesia dipimpin oleh Presiden Soeharto, peritiwa itu di filemkan dan ditayangkan melalui Televisi Repoblik Indonesia (TVRI) tepat pada malam tanggal 30 September setiap tahunnya.

Di sisi lain, ada warga yang ingat dan memberikan harapan dan komentarnya terkait peringatan Hari Pahlawan ini. Seperti yang dikatakan Mainar (60), penjual buah ini kepada POSMETRO bahwa tidak begitu terasa gezahnya. Karenanya, anak-anak sekarang perlu diberikan pengetahuan yang luas tentang kepahlawanan dan diberikan pemahaman tentang nilai-nilai kepahlawanan. Sehingga mereka bisa menghargai dan bisa berjuang untuk masa depan mereka dan bangsa ini dengan semangat kepahlawanan.

Sementara, Khatib (56) kepada POSMETRO mengaku sedih dengan keadaan sekarang. Karena, sepertinya banyak orang telah melupakan nilai-nilai kepahlawanan dan dan tidak ingat lagi dengan pahlawan yang telah memperjuangkan kedaulatan Nusantara ini. Sehingga ia berharap, pemerintah bisa mengadakan kegiatan untuk merayakan Hari Pahlawan ini secara khusus. Mulai dari Kelurahan hingga Provinsi. Sehingga tampak jelas gezah dan gaungnya di mata masyarakat.

Sedangkan Juan (15) kepada POSMETRO mengatakan, baginya Hari Pahlawan memang serasa air mengalir di sungai yang tak berbatu saja. Tidak ada riak dan tidak ada ombak, apalagi gelombang. Terkesan biasa-biasa saja. Namun, ia selalu ingat kalau hari ini adalah Hari Pahlawan. Karena ia pernah membaca buku yang dan pernah ikut upacara peringatan Hari Pahlawan. Ia juga mengaku bingung mau merayakannya dengan bagaimana dan harus berbuat apa.

Aminah (50), kepada POSMETRO mengaku hanya sekedar tahu saja. itupun ia dengan dari anaknya yang pernah membaca buku pelajarannya. Selain itu, yang sangat ia ingat adalah Pahlawan Revolusi yang di masukkan ke dalam Lubang Buaya. Ia masih ingat rentetan kejadian peristiwa itu yang ditayangkan di televisi. Malahan yang lebih ia ingat adalah penyiksaan terhadap para Jenderal itu dengan silet. Salah sati kata-kata yang ia ingat "Darah itu merah Jenderal".

Tidak ada komentar: