Rabu, 31 Oktober 2007

Pencari Rotan Dimangsa Harimau


Pencari Rotan Dimangsa Harimau

PADANG, METRO

Patria (40) warga Bulakan Nagari Talang Babungo Kecamatan Hiliran Gumanti Kabupaten Solok seorang pencari rotan tewas dimakan harimau. Keganasan harimau tersebut memutuskan tangan kiri dan melukai sekujur tubuh pencari rotan itu. Yoki Febra Utama (13), ponakan Patria tangan kirinya robek akibat sabetan kuku harimau itu. Sedangkan ipar Patria, Ralmaliyus (35) selamat tanpa luka satu apapun, Sabtu (10/2) sekitar pukul 11.45 WIB.

Memilukan, itulah derita yang dialami keluarga Patria. Patria meregang nyawa demi mencari nafkah untuk keluarganya. Begitu juga wartawan koran ini yang datang ke rumah duka sekitar pukul 22.35 WIB pada malam kejadian. Iparnya, Ralmaliyus yang dipanggil dengan Ral menceritakan kejadian tragis yang dialami semenda dan anaknya.

Ketika itu, begitu Ral memulai ceritanya yang masih terlihat trauma. Kami bertiga hendak mencari rotan di di rimba Agam Kaciek. Tempat itu sekitar 1 jam perjalanan dari rumah ini. Diwaktu kami belum menemukan rotan, kami menemukan dua ekor harimau. Yang seekor besar dan seekor lagi masih kecil. Kami duga itu adalah induk dan anak harimau sedang tidur.
Kami bertiga terperanjat dan kaget melihat harimau itu. Besar harimau itu sekitar sebesar kerbau bujang jantan. Karena tidak mau menggangu harimau tersebut, kami duduk dan berdiam diri di atas pohon kayu rebah yang berjarak sekitar 3 meter dari harimau tidur itu. Hampir selama 20 menit kami duduk disana. Sehingga, tanpa sadar kami sudah menghisap dua batang rokok.

"Takajuik kami diek, putiah bibie dek takuik, mako kami duduak dulu untuak mananangkan darah jo pikiran," ujar Ral.

Wali Nagari Talang Babungo, Zulfikar (31) dan Kepala Jorong Bulakan, Muldiarman (46) yang juga datang melayat sebelum POSMETRO datang, hanya menganggukan kepala mendengar cerita Ral. Begitu juga dengan beberapa warga yang datang melayat ke rumah duka tersebut.
Kemudian, lanjut Ral menyambung ceritanya. Tanpa banyak bicara, Ral mengajak semendanya untuk pulang saja ke rumah. Karena sudah jelas bahaya sedang mengancam. Patria pun menuruti kemauan Ral. Namun, ketika dipersimpangan jalan setapak, Patria mengajak Ral untuk mengambil jalan pintas.

Dalam menyusuri jalan pintas tersebut, kami menemukan rotan tiga rumpun. Melihat rotan tersebut, kami lupa dengan bahaya yang sedang mengintai. Sehingga, ketika kami sedang mengambil rotan, Ral mendengar suara kerusuk bunyi semak dilalui binatang besar di belakangnya.

Baru saja Ral melihat ke belakang, ia melihat sesosok harimau melompat dengan moncong menganga hendak menerkam ke arahnya. Dengan spontan Ral langsung mengelak dan langsung berbalik. Ternyata yang melompati Ral adalah seeokor harimau yang beratnya sekitar 500 Kg. Setelah itu, Ral sudah berhadapan dengan harimau itu, sedangkan anaknya Yoki berada sekitar 3 meter di samping kanannya. Sementara, semendanya Patria berada sekitar 15 meter di sebelah kirinya.

Dengan mengayun-ayunkan parang yang ada di tangan kananya untuk membela diri, Ral berjalan mundur selangkah demi selangkah. Sekejab saja Ral melihat ke arah Patria yang datang dari arah kirinya, harimau tersebut melompat ke arah Yoki. Sehingga tangan Yoki robek karena cakar harimau itu. Dan ketika itu, Ral langsung menghujamkan parang yang ada di tangannya ke arah punggung harimau itu.

Dengan sabetan parang itu, Yoki pun terlepas oleh harimau itu dan langsung ditangkap Ral dan menyembunyikan Yoki dibelakangnya. Katika itu, Patria pun datang dari sebelah kiri Ral dengan membawa parang. Namun malang, Patria terjatuh sekitar tiga meter dari Ral dan Yoki.
Saat itu pula, harimau yang sudah marah itu melompat ke arah Patria. Katika itu, Ral pun berpikir apa yang akan dilakukannya. Ternyata, Ral memilih untuk melarikan Yoki menjauh dari harimau itu. Dengan perkiraan, kalau mereka berdua masih disana akan dimangsa oleh harimau yang sedang lapar itu. Dari pada tiga yang tewas lebih baik satu, begitu yang ada dalam pikiran Ral.

"Daripado kami batigo nan mati, mako ambo mambao Yoki lari," begitu kata Ral dengan logat Bulakannya.

Dengan menarik Yoki sambil berlari, Ral meraung minta tolong dan tidak mempedulikan semendanya lagi. Yang teringat baginya ketika itu adalah lari sekencang-kencangnya menjauh dari harimau itu. Sehingga, jarak yang biasa ditempuh 1 jam perjalanan dari rumahnya, hanya di tempuh Ral dalam waktu lebih kurang 10 menit saja bersama Yoki.

Sesampai di rumahnya, Ral langsung memberitahukan Kepala Jorong dan warga setempat. Kemudian, Ral melaporkan kejadian itu ke Polsek Hiliran Gumanti. Setelah itu, Ral pun mengantarkan Yoki ke praktek bidan yang berjarak lebih kurang 3 kilo meter dari rumahnya.
Setelah mengobati luka yang dialami Yoki, sekitar pukul 15.15 WIB, Ral bersama puluhan warga dan lima orang anggota polisi Polsek Hiliran Gumanti menuju rimba Agam Kaciek untuk mencari Patria. Dengan menempuh semak belukar, mereka menyusuri rimba Agam Kaciek.
Namun, sesampai di tempat kejadian yang ditunjukkan Ral, patria tidak ditemukan. Yang ditemukan hanya ceceran darah yang berserakan di semak-semak. Melihat darah tersebut, warga, polisi, kepala jorong dan Ral menduga Patria sudah dimakan harimau itu.

Sehingga, mereka menyusuri arah ceceran darah tersebut. Sekitar 25 meter dari tempat kejadian dan pada waktu itu jam menunjukkan pukul 16.15 WIB, ditemukan Patria yang sudah tidak bernyawa lagi. Tangan kirinya putus di atas siku dan mengeluarkan darah. Sekujur tubuhnya penuh luka bekas cakaran kuku harimau itu dan juga masih mengeluarkan darah. Ada yang besar dan ada yang kecil. Di Leher dan tengkuknya ada sekitar 6 bekas gigitan dari taring harimau itu.

Sebagian wargapun membawa Patria ke rumahnya. Sedangkan sebagian lagi mencari potongan tangan Patria. Namun, sekitar 30 menit mencari, tangan Patria tidak kunjung ditemukan. Sehingga, warga kembali ke Bulakan. Sampai di rumahnya, Patria dibaringkan di atas kasur dan ditutupi dengan panjang.

Sejak saat itu sampai wartawan koran ini datang ke rumah duka, warga masih berdatangan untuk melayat dan mendengar cerita tragis itu. Istri patria, Syafniyarmi (38) mengatakan, suaminya akan dikebumikan Minggu (11/2) di tanah ulayat keluarga. Supaya ia bisa menjaga dan merawat pusara suaminya kapan saja. Dan juga anak-anaknya mudah untuk mengaji dan mendo'akan bapaknya. (nph)

Tidak ada komentar: