Rabu, 31 Oktober 2007

Kepiluan Istri dan Anak Patria


Dua dari Anak Patria Yang ia Tinggalkan

Gemerlap bintang di langit begitu indah dipandang mata malam
itu. Seolah tidak mau tahu dengan derita yang dialami manusia
dibumi. Hawa dingin pun menggeser daun telinga ketika kuli tinta
koran ini bersama tiga orang teman mulai memasuki kawasan kebun
teh Alahan Panjang.

NOLPITOS HENDRI-TALANG BABUNGO

Dalam menyusuri jalan yang mulai sepi, terlihat tiga tower GSM
berdiri kokoh dengan dihiasi lampu berwarna merah. Kemudian,
jalan yang ditempuh pun turunan. Hawa pun semakin bertambah
dingin bak menusuk tulang.

Sekitar setengah perjalanan dari tower tadi ada sebuah simpang
ke kanan. Jalan ke dalam simpang itu hanya kerikil dan tanah
serta berlubang-lubang besar. Itulah jalan menuju Jorong Bulakan.
Sehingga, hanya bisa ditempuh dengan berjalan kaki dan dengan
penerangan lampu senter. Sekitar setengah jam pula menyusuri
jalan itu, tibalah di tepi sawah yang padinya masih menghijau.

Kemudian, pematang demi pematang sawah pun dijejaki sehingga
sampai disebuah rumah yang hanya berdinding papan dan
berlantaikan semen. Inilah rumah korban Patria yang dimakan
harimau tangan sebelah kirinya.

Ketika mamasuki rumah itu, yang terlihat hanya hamparan tikar
batang padi dan dipan kayu yang sudah usang dari ruang depan
sampai ruang tengah. Rumah tersebut tidak mempunyai ruangan tamu
dan ruangan makan. Rumah tersebut sangat sederhana dan duduk
hanya di lantai beralaskan tikar tua tersebut.

Dari pintu sampai ke ruangan tengah tidak ada pembatas. Begitu
juga dengan ruangan dimana dipan kayu tua itu terletak. Ketika
dilihat ke sudut sebelah kanan rumah itu, akan terlihat lemari
kain yang ada kaca berhiasnya. Lemari itu terbiat dari papan
triplet yang sudah hampir lapuk.

Diantara ruang tengah dan dan lemari kain itulah Patria
terbaring dan didampingi oleh istrinya Syafniyarmi yang masih
terlihat pilu dan meneteskan air mata di sebelah kanannya. Di
dekat istrinya itu tidur anak laki-laki yang beru berumur 30
bulan. Dialah anak bungsu Patria, Alfa Baiturrahman.

Di sebelah kaki Patria, seorang anak perempuan duduk
bersimpiuh dengan mata yang masih sembab. Dialah Risma Nirwa (18)
anak sulung Patria yang sudah putus sekolah lantaran kekurangan
biaya. Dan di sebelah Risma duduk dua orang perempuan parobaya,
merekalah keluarga dekat Patria dan Syafniyarmi.

Sementara, di dipan kayu yang sudah tua tadi, tampak tertidur
lelap empat orang anak perempuan. Dua dari mereka adalah anak
kedua dan ketiga Patria. Nama mereka adalah Yosi Fatmawati (10)
dan Febriwa Eliza (7).

Kepergian ayahanda tercinta membuat mereka sangat kehilangan
dan terpukul. Karena Patria adalah ayah sekaligus tulang punggung
keluarga. Bak kata pepatah, "Tampek ba gayuik nan lah putuih,
tampek bagantuang nan lah patah, kamano badan manggapai lai."

Seorang istri bersama empat orang anak yang setia
mendampinginya telah ditinggalkan. Syafni masih tersedu-sedu saat
tamu yang datang sili berganti. Karena, apa yang mau dikata,
orang yang tercinta telah tiada.

Kehilangan Patria yang tidak wajar itu menghebohkan warga
Jorong Bulakan. Akibat keganasan harimau, Patria pencari rotan
ini pun kembali ke yang kuasa.
Begitu memiriskan nasib bapak empat anak ini. Demi mencari
nafkah untuk keluarganya, mencari rotan ke rimba untuk membeli
sepatu sekolah anaknya, ditebus dengan nyawanya.

Dengan suara yang sayub-sayub sampai, Syafni menceritakan awal
kepergian suami tercintanya. Pagi itu, Sabtu (10/2) sekitar pukul
09.00 WIB, Patria hendak mencari rotan untuk membeli sepatu
sekolah anaknya yang kedua, Yosi Fatmawati. Karena malamnya, Yosi
mengatakan bahwa sepatunya sudah tidak bisa dipakai kepada
Patria.

Ketika Patria mau berangkat bersama dengan Ral dan Yoki,
Syafni melarangnya. Dengan alasan cuaca seperti akan hujan dan
mendung sudah menghitam. Namun, karena tanggung jawab dan
sayangnya kepada anak, Patria terus saja pergi dan istrinya pun
membiarkan. Kemudian, istrinya pun pergi bekerja menyiang padi ke
sawah orang untuk mendapatkan uang untuk membeli beras.

Sejak berpisah itulah, Syafni bertemu kembali dengan Patria
sudah tidak bernyawa dan meninggal dengan tragis dan memiriskan.
Namun apa dikata, nasi sudah menjadi bubur. Syafni terpaksa
mengiklaskan kepergian suami tercintanya. (nph)

Pencari Rotan Dimangsa Harimau


Pencari Rotan Dimangsa Harimau

PADANG, METRO

Patria (40) warga Bulakan Nagari Talang Babungo Kecamatan Hiliran Gumanti Kabupaten Solok seorang pencari rotan tewas dimakan harimau. Keganasan harimau tersebut memutuskan tangan kiri dan melukai sekujur tubuh pencari rotan itu. Yoki Febra Utama (13), ponakan Patria tangan kirinya robek akibat sabetan kuku harimau itu. Sedangkan ipar Patria, Ralmaliyus (35) selamat tanpa luka satu apapun, Sabtu (10/2) sekitar pukul 11.45 WIB.

Memilukan, itulah derita yang dialami keluarga Patria. Patria meregang nyawa demi mencari nafkah untuk keluarganya. Begitu juga wartawan koran ini yang datang ke rumah duka sekitar pukul 22.35 WIB pada malam kejadian. Iparnya, Ralmaliyus yang dipanggil dengan Ral menceritakan kejadian tragis yang dialami semenda dan anaknya.

Ketika itu, begitu Ral memulai ceritanya yang masih terlihat trauma. Kami bertiga hendak mencari rotan di di rimba Agam Kaciek. Tempat itu sekitar 1 jam perjalanan dari rumah ini. Diwaktu kami belum menemukan rotan, kami menemukan dua ekor harimau. Yang seekor besar dan seekor lagi masih kecil. Kami duga itu adalah induk dan anak harimau sedang tidur.
Kami bertiga terperanjat dan kaget melihat harimau itu. Besar harimau itu sekitar sebesar kerbau bujang jantan. Karena tidak mau menggangu harimau tersebut, kami duduk dan berdiam diri di atas pohon kayu rebah yang berjarak sekitar 3 meter dari harimau tidur itu. Hampir selama 20 menit kami duduk disana. Sehingga, tanpa sadar kami sudah menghisap dua batang rokok.

"Takajuik kami diek, putiah bibie dek takuik, mako kami duduak dulu untuak mananangkan darah jo pikiran," ujar Ral.

Wali Nagari Talang Babungo, Zulfikar (31) dan Kepala Jorong Bulakan, Muldiarman (46) yang juga datang melayat sebelum POSMETRO datang, hanya menganggukan kepala mendengar cerita Ral. Begitu juga dengan beberapa warga yang datang melayat ke rumah duka tersebut.
Kemudian, lanjut Ral menyambung ceritanya. Tanpa banyak bicara, Ral mengajak semendanya untuk pulang saja ke rumah. Karena sudah jelas bahaya sedang mengancam. Patria pun menuruti kemauan Ral. Namun, ketika dipersimpangan jalan setapak, Patria mengajak Ral untuk mengambil jalan pintas.

Dalam menyusuri jalan pintas tersebut, kami menemukan rotan tiga rumpun. Melihat rotan tersebut, kami lupa dengan bahaya yang sedang mengintai. Sehingga, ketika kami sedang mengambil rotan, Ral mendengar suara kerusuk bunyi semak dilalui binatang besar di belakangnya.

Baru saja Ral melihat ke belakang, ia melihat sesosok harimau melompat dengan moncong menganga hendak menerkam ke arahnya. Dengan spontan Ral langsung mengelak dan langsung berbalik. Ternyata yang melompati Ral adalah seeokor harimau yang beratnya sekitar 500 Kg. Setelah itu, Ral sudah berhadapan dengan harimau itu, sedangkan anaknya Yoki berada sekitar 3 meter di samping kanannya. Sementara, semendanya Patria berada sekitar 15 meter di sebelah kirinya.

Dengan mengayun-ayunkan parang yang ada di tangan kananya untuk membela diri, Ral berjalan mundur selangkah demi selangkah. Sekejab saja Ral melihat ke arah Patria yang datang dari arah kirinya, harimau tersebut melompat ke arah Yoki. Sehingga tangan Yoki robek karena cakar harimau itu. Dan ketika itu, Ral langsung menghujamkan parang yang ada di tangannya ke arah punggung harimau itu.

Dengan sabetan parang itu, Yoki pun terlepas oleh harimau itu dan langsung ditangkap Ral dan menyembunyikan Yoki dibelakangnya. Katika itu, Patria pun datang dari sebelah kiri Ral dengan membawa parang. Namun malang, Patria terjatuh sekitar tiga meter dari Ral dan Yoki.
Saat itu pula, harimau yang sudah marah itu melompat ke arah Patria. Katika itu, Ral pun berpikir apa yang akan dilakukannya. Ternyata, Ral memilih untuk melarikan Yoki menjauh dari harimau itu. Dengan perkiraan, kalau mereka berdua masih disana akan dimangsa oleh harimau yang sedang lapar itu. Dari pada tiga yang tewas lebih baik satu, begitu yang ada dalam pikiran Ral.

"Daripado kami batigo nan mati, mako ambo mambao Yoki lari," begitu kata Ral dengan logat Bulakannya.

Dengan menarik Yoki sambil berlari, Ral meraung minta tolong dan tidak mempedulikan semendanya lagi. Yang teringat baginya ketika itu adalah lari sekencang-kencangnya menjauh dari harimau itu. Sehingga, jarak yang biasa ditempuh 1 jam perjalanan dari rumahnya, hanya di tempuh Ral dalam waktu lebih kurang 10 menit saja bersama Yoki.

Sesampai di rumahnya, Ral langsung memberitahukan Kepala Jorong dan warga setempat. Kemudian, Ral melaporkan kejadian itu ke Polsek Hiliran Gumanti. Setelah itu, Ral pun mengantarkan Yoki ke praktek bidan yang berjarak lebih kurang 3 kilo meter dari rumahnya.
Setelah mengobati luka yang dialami Yoki, sekitar pukul 15.15 WIB, Ral bersama puluhan warga dan lima orang anggota polisi Polsek Hiliran Gumanti menuju rimba Agam Kaciek untuk mencari Patria. Dengan menempuh semak belukar, mereka menyusuri rimba Agam Kaciek.
Namun, sesampai di tempat kejadian yang ditunjukkan Ral, patria tidak ditemukan. Yang ditemukan hanya ceceran darah yang berserakan di semak-semak. Melihat darah tersebut, warga, polisi, kepala jorong dan Ral menduga Patria sudah dimakan harimau itu.

Sehingga, mereka menyusuri arah ceceran darah tersebut. Sekitar 25 meter dari tempat kejadian dan pada waktu itu jam menunjukkan pukul 16.15 WIB, ditemukan Patria yang sudah tidak bernyawa lagi. Tangan kirinya putus di atas siku dan mengeluarkan darah. Sekujur tubuhnya penuh luka bekas cakaran kuku harimau itu dan juga masih mengeluarkan darah. Ada yang besar dan ada yang kecil. Di Leher dan tengkuknya ada sekitar 6 bekas gigitan dari taring harimau itu.

Sebagian wargapun membawa Patria ke rumahnya. Sedangkan sebagian lagi mencari potongan tangan Patria. Namun, sekitar 30 menit mencari, tangan Patria tidak kunjung ditemukan. Sehingga, warga kembali ke Bulakan. Sampai di rumahnya, Patria dibaringkan di atas kasur dan ditutupi dengan panjang.

Sejak saat itu sampai wartawan koran ini datang ke rumah duka, warga masih berdatangan untuk melayat dan mendengar cerita tragis itu. Istri patria, Syafniyarmi (38) mengatakan, suaminya akan dikebumikan Minggu (11/2) di tanah ulayat keluarga. Supaya ia bisa menjaga dan merawat pusara suaminya kapan saja. Dan juga anak-anaknya mudah untuk mengaji dan mendo'akan bapaknya. (nph)

70 % Warga Berlangganan Air Bersih PDAM


Air sebagai salah satu unsur kebutuhan kiranya sangat penting dipikirkan oleh masyarakat. Namun, pemerintah juga telah memikirkan hal itu melalui sebuah badan usaha yaitu Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Sehingga, masyarakat bisa menikmati air hasil daru perusahaan daerah itu.

NOLPITOS HENDRI-PASIE PUTIAH

Manfaat dari air tersebut sudah dirasakan hampir sebagian besar warga. Terutama di seluruh kecamatan di Kota Padang ini. Baik di daerah pinggiran maupun di daerah perkotaan.

Sebagaimana diakui seorang warga di kawasan perumahan Pasie Putiah Kelurahan Bungo Pasang Kecamatan Koto Tangah, Mai (44) kepada POSMETRO menyebutkan, dia tinggal di kawasan ini sejak 10 tahun yang lalu. Pada awalnya, dia dan keluarga memang tidak mengambil air bersih dari PDAM hanya dari sumur saja. Karena pada waktu itu rumahnya masih dalam perbaikan dan perekonomian pun belum stabil. Lagi pula air sumurnya bersih dan tidak tercemar.

Namun, lanjutnya, setelah hampir beberapa tahun ia tinggal di rumahnya sekarang, baru ia mengambil air bersih kepada PDAM. Pada waktu itu, banyak juga warga lain yang mengambil air bersih dari PDAM bersamanya.

"Memang kadang ada kendala dengan air PDAM ini, terutama ketika musim kemarau. Karena kadang air sedikit masuk dan tersendat-sendat. Namun hal itu dapat ditanggulangi dengan air sumur untuk mandi dan air galon untuk minum. Kalau sebelum air galon ada, air minum juga dari air sumur. Karena sumur tersebut tidak ditinggalkan walau air PDAM dan galon sudah ada," ungkap Mai.

Mengenai pembayarannya, disebutkan Mai bahwa dia jarang untuk pergi mebayaranya. Karena yang sering pergi membayarnya adalah pembantunya dan kadang-kadang anaknya. Untuk jumlahnya ia juga tidak begitu mengetahuinya.

Sementara, Lurah Bungo Pasang, Asrial yang ditemui POSMETRO di kantornya menyebutkan bahwa dari dua belas ribu lebih warganya, 70 % nya sudah menggunakan air dari PDAM. Sedangkan yang 30 % nya lagi mengambil air dari sumur. Namun bukan karena himpitan ekonomi, namun karena sudah kebiasaan mereka.

LBH Desak Walikota Padang Cabut IMB


LBH Desak Walikota Cabut IMB
Terkait Tower Telkomsel Sawahan Timur yang Dijalankan PT Hobasita
Warga Salahkan Kontraktor

ULAK KARANG, METRO

Berdasarkan laporan warga RT 02/RW 01 Kelurahan Sawahan Timur Kecamatan Padang Timur ke Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Padang beberapa waktu lalu, maka LBH mengambil sikap. Laporan warga tersebut mengenai keberatan mereka tentang pembangunan tower Telkomsel di daerah permukiman mereka. Sikap LBH tersebut yaitu dengan mengirim surat desakan kepada Walikota untuk mencabut IMB tower tersebut.

Direktur LBH Padang melalui Koordinator Divisi Hak Azasi Manusia (Kordiv HAM) LBH Padang, Vino Oktavia M SH kepada POSMETRO menyebutkan, menyikapi laporan warga kepada pihaknya beberapa waktu lalu dan beberapa hal terkait pendirian tower tersebut, maka pihaknya menyampaikan surat desakan kepada Walikota Padang, Drs H Fauzi Bahar MSi untuk mencabut IMB tower tersebut. Juga tidak mengeluarkan izin lain dalam bentuk apapun.

Timbulnya desakan ini berdasarkan beberapa hal. Salah satunya berdasarkan hak bagi masyarakat mendapatkan lingkungan hidup yang baik yang termasuk ke dalam HAM sesuai dengan Pasal 28 H ayat 1 UUD 1945 dan beberapa pasal lainnya dan UU.

Kemudian, berdasarkan dampak dari usaha itu yang begitu besar dan penting terhadap lingkungan hidup. Karenanya perlu pula memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) sesuai dengan Pasal 18 ayat 1 UU No.23 Tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup jo Pasal 7 ayat 1 Peraturan Pemerintah No 27 Tahun 1999 tentang AMDAL. Selain itu juga mengenai Surat Izin Tempat Usaha (SITU) dari pelaksana pembangunan yang belum ada.

Selanjutnya, berdasarkan fakta-fakta yang disampaikan warga yang diduganya pembangunan tower tersebut menyalahi prosedur dan melakukan tindakan yang tidak benar oleh pihak kontraktor pembangunan yaitu PT Hobasita. Selain itu juga tidak diindahkannya himbauan warga oleh pihak kontraktor.

Sitac PT Hobasita, Yoswandi Dasnil yang dihubungi POSMETRO menyebutkan, memang AMDAL dan SITU belum keluar. Karena IMB untuk pembangunan tower tersebut sudah keluar sejak tahun 2006. Sedangkan peraturan tentang AMDAL baru muncul pada tahun 2007. Namun, AMDAL dan itu sedang dalam proses pihak terkait karena adanya masalah ini. Sedangkan SITU nya akan diurus setelah AMDAL nya keluar. Sedangkan IMB sudah keluar, namun pembangunan masih dihentikan sejak bulan puasa yang lalu juga karena ada masalah ini.

"Mengenai prosedur dan keterbukaan kepada warga, pihaknya sudah sangat terbuka. Pihaknya telah mengundang warga beberapa kali untuk sosialisasi. Namun ada beberapa warga yang dikemudian hari yang tidak setuju yang pada saat sosialisasi itu dia tidak datang. Mengenai prosedur, apapun bentuknya sudah dijalankan sesuai dengan prosedur, baik itu IMB maupun kesepakatan warga. Karena beberapa kali pihaknya telah mengajak warga untuk berdiskusi mengenai solusi tentang permasalahan ini," tegas Yoswandi. (nph)

Buku Karangan Gue Diterbitkan

MERANGKUL CINTA
DI SELA MENAPAK MASA DEPAN








BERAWAL DARI SEBUAH PENGAKUAN
BERANJAK KEPADA SESUATU PERUBAHAN
BERAKHIR DI SEBUAH DERMAGA KEBERHASILAN









NOLPITOS HENDRI S.HUM











PENERBIT : CV. BUKIT GADANG PRESS
KAMPUNG DALAM 2005



Minum Air Bersih dari Sumur

Minum Air Bersih dari Sumur

Walaupun air bersih dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) sudah sampai ke daerah mereka, namun warga Kelurahan Bungo Pasang Kecamatan Koto Tangah tetap mengambil air bersih dari sumur. Kiranya mereka mempunyai alasan tersendiri untuk bertahan minum air bersih dari sumur tersebut.

NOLPITOS HENDRI-BUNGO PASANG

Perkembangan zaman sudah semakin maju, teknologi bersama arus globalisasi bertambah modern. Namun hanya sebagian warga yang mau merasakan hal ini. Karena, masih ada warga yang bertahan dengan kebiasaan mereka dan kebiasaan itu menurut mereka adalah baik dan tidak merugikan orang lain.

Salah satunya mengenai air bersih yang mereka komsumsi. Seperti kebiasaan sekelompok warga di Kelurahan Bungo Pasang Kecamatan Koto Tangah ini. Walau ke daerah mereka sudah sampai saluran air bersih dari PDAM, mereka tetap bertahan mengkomsumsi air bersih dari sumur atau air tanah. Walau sama-sama minum air bersih dari sumur, namun alasan setiap mereka berbeda-beda.

Seperti yang diungkapkan beberapa warga tersebut kepada POSMETRO. Ia minta namanya disebut dengan Anwar (49), katanya, sejak zaman dulu dirinya sekeluarga mengkomsumsi air bersih yang keluar dari tanah yang ada mata airnya. Hal itu tentu dengan menggali tanah untuk menjadi sumur yang tidak seberapa dalam. Hanya sekitar 2 meter hingga 3 meter saja.

"Keluarga saya sejak dulunya sudah biasa minum dari air tanah atau sumur. Karena, selain mendapatkannya murah, juga tidak membuat kita susah dan berpanjang urusan. Lagi pula, air sumur tidak ada jeleknya dan juga tidak banyak mudaratnya. Buktinya, keluarganya yang biasa minum air bersih dari sumur sejak dulu tidak ada yang sakit akibat air sumur," ungkap Anwar.

Lebih lanjut dijelaskan Anwar, seiring dengan berjalannya waktu dan berkembangnya zaman, sedikit perubahan pun terjadi. Namun itu hanya dari cara mengambilnya. Kalau dulu untuk mengambil air di sumur tersebut dengan menggunakan ember yang digantung pada tali. Namun sekarang sudah tidak lagi yaitu dengan menggunakan mesin "Sanyo" dari tenaga listrik. Walau menambah pembayaran listrik, namun tidak banyak berugikan dan merepotkan.

Sementara, seorang buruh cuci, Hamidah (54) yang sempat ditemui POSMETRO mengaku tidak risih mencuci dengan air sumur. Karena hasilnya sama saja. Karena sumur di tempat-tempat ia mencuci bersih dan sudah disemen dindingnya. Sehingga airnya tida lagi keruh dan berbau. Lagi pula tidak ada diantara sumur itu yang berdekatan dengan pembuangan. Baik pembuangan sampah maupun pembuangan air kotor dari cucian.

"kalau ambo mancuci lain samo se hasil nyo nak. Kalau dulu iyo mambuek kain tu jadi kuniang. Tapi itu hanyo kadang-kadang, katiko hari hujan sajo. Tapi kini indak lai, karano sumua tu alah di dindiang jo lataknyo di dalam rumah. Kalau dikatokan sulik indak pulo do. Ambo indak paralu mangangkek nyo dari dalam sumua tu jo ember, karano alah ado masinnyo," ungkap wanita tiga anak yang biasa dipanggil Idah itu dan di iyakan oleh beberapa orang ibu-ibu yang ketika itu sedang santai menikmati angin pagi.

Namun, tidak semua warga Bungo Pasang tersebut menikmati air bersih dari sumur. Karena ada juga yang mengambil air dari PDAM dan juga dari air galon dengan berlangganan.


Selasa, 30 Oktober 2007

Kata-kata Mutiara Pengingat Jiwa Penyentuh Kalbu

A

Ada tiga hal yang tidak bisa dibeli dengan uang, yaitu tidur nyenyak, cinta kasih dan persahabatan

Anda akan menemukan hal baru apabila anda mengetahui hal-hal lama.

Anda belum cukup dan takkan pernah cukup, selama ada kesempatan untuk menyumbangkan sesuatu

Anda cuma bisa hidup sekali saja di dunia ini, tetapi jika anda hidup dengan benar sekali saja sudah cukup

Anda tak dapat menemukan tujuan sejati sebelum melenyapkan kebencian dan dendam

Anda tak mungkin menyehatkan tubuh tanpa menyehatkan jiwa

Anda tidak akan dapat menyemai tabiat baik anda dalam mimpi, tapi anda harus membina dan menempanya

Anda tidak dapat hidup hanya dengan harapan, tetapi saya tidak bisa hidup tanpa harapan

Anda tidak dapat merencanakan masa yang akan datang berdasarkan masa lalu

Apa yang anda sukai pada diri orang lain, pada umumnya juga mereka sukai pada diri anda

Apa yang kita laksanakan dan kita berikan dengan tulus hati, adalah milik kita selama-lamanya

Apa yang terjadi pada seseorang bisa terjadi pada diri kita juga

Apakah kamu telah memiliki apa yang telah kau dapatkan?

Senin, 29 Oktober 2007

Hidup di Jaruai dengan Pendapatan Rendah


Warga Perumahan Korban Bencana Alam Gates
Hidup di Jaruai dengan Pendapatan Rendah
Anak-anak Banyak yang Putus Sekolah

NOLPITOS HENDRI-BUNGUIH BARAT

Ditengah himpitan ekonomi dan tantangan zaman yang semakin maju, warga di perumahan korban bencana alam Gates di Kelurahan Bungus Barat Kecamatan Bunguih Taluak Kabuang masih hidup dalam serba kekurangan. Selain kekurangan pendapatan juga kekurangan pendidikan. Kenapa tidak, untuk makan sehari-hari saja mereka sudah sulit apalagi untuk menyekolahkan anak-anak mereka yang masih berada dalam usia pendidikan.

Mengungkap hal ini, beberapa orang keluarga di perumahan tersebut yang didatangi POSMETRO mengungkapkan hal yang hampir senada bahwa mereka hanya berpendapatan rendah. Malahan mereka ada yang menangis mengenang nasib mereka. Namun apa daya mereka yang tidak mempunyai pekerjaan tetap dan bukan pula pegawai negeri atau pengusaha.

Datuak (45) seorang kepala rumah tangga menyebutkan, sebagai ujung tombak dalam keluarga, dirinya mempunyai tanggung jawab yang besar dalam kelangsungan hidup keluarganya. Namun, dengan hanya bekerja sebagai kuli angkat, dirinya hanya berpendapatan rendah. Untuk biaya makan sehari-hari kadang tidak cukup apalagi untuk sekolah.

Sehingga dua orang anaknya terpaksa membantu dirinya dengan bekerja sebagai kuli angkat pula. Dengan demikian, walaupun sudah mencukupi untuk kehidupan sehari dengan menu seadanya, namun tidak untuk pendidikan. Sehingga, mereka yang seharusnya berada di sekolah untuk belajar terpaksa berada di tengah kerasnya alam sebagai pekerja.

Kemudian, seorang ibu rumah tangga yang juga korban bencana alam Gates, Amai (38) kepada POSMETRO mengatakan, kalau untuk hidup sehari-hari, pendapatan suaminya hanya cukup untuk dua orang saja. Sementara untuk anak-anaknya tidaklah cukup. Sehingga, tiga orang anaknya terpaksa merantau ke Kepulauan Riau.

Sementara, mereka bertiga masih dalam usia pendidikan. Seharusnya anaknya yang sulung sekarang berada di perguruan tinggi untuk kuliah. Sedangkan anaknya yang kedua dan ketiga seharusnya duduk di bangku sekolah SLTA. Namun, karena tuntutan hidup yang serba kekurangan terpaksa mereka mengais rezeki ke perantauan.

"Laki awak ndak ado di rumah kini do nak, inyo pai karajo, tapi karajo tu alun tau ado lai. antah lai ka mambaok piti pulang antalah tidak, karano inyo indak punyo karajo tatap do. Anak ambo indak pula pagawai do, tu ma nyo pai marantau ka kapulauan Riau. Sampai kini alun ado pulo bakirim pitih sajak pai 2 tahun nan lalu. Karano di parantauan inyo sabuik dalam surek nyo hanyo bakarajo jadi tukang ojek jo palayan rumah makan," ungkap Amai sambil menyapu matanya yang mulai berkaca-kaca.

Warung Esek-esek Bukik Lampu dan Gates kembali Dibongkar


Ada Izin, Warung Esek-esek tidak Dibongkar
Warung Esek-esek Bukik Lampu dan Gates kembali Dibongkar
Ado fotonyo bang...!

PADANG, METRO

Seiring dengan hari Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober lalu, warung esek-esek di kawasan Bukik Lampu dan Gates Kecamatan Bunguih Taluak Kabuang dan Lubuak Bagaluang kembali dibongkar Satuan Koordinasi, Ketertiban dan Keamanan Kota (SK-4) dan Pol PP Padang, Senin (29/10). Fenomena ini sebuah tantangan untuk SK-4 dan Pol PP untuk terus melakukan pengawasan. Sehingga warung ini tidak kembali menjamur.

Untuk kesekian kalinya puluhan warung esek-esek di kawasan Bukik Lampu dan Gates dibongkar SK-4 dan Pol PP Padang. Berhubung mereka tidak mempunyai izin. Izin yang paling utama adalah izin tempat usaha dengan nama izinnya adalah Surat Izin Tempat Usaha (SITU). Namun ada juga satu warung yang sudah mempunyai SITU tersebut, sehingga luput dari pembongkaran.

Sementara, untuk mencegah menjamurnya kembali warung esek-esek ini, Camat dan Pol PP Padang akan melakukan pengawasan dan rajin-rajin mensosialisasikan Perda tentang Anti Maksiat. Karena ini tantangan kerja bagi kedua intansi yang harus menyokong tekad Kota Padang menjadi kota yang bebas dari maksiat dengan sebutan Kota Religius.

Camat Bunguih Taluak Kabuang, Syafruddin SSos yang ditemui POSMETRO ketika pembongkaran warung esek-esek tersebut mengatakan, menjamurnya kembali warung ini setelah dilakukan pembongkaran sebelum Ramadhan lalu merupakan tantangan bagi pihaknya untuk terus berusaha melakukan sosialisasi dan memberikan peringatan-peringatan. Lagipula, pembongkaran lalu itu tidak dilakukan secara total. Dengan artikata hanya kursi dan mejanya saja. Sedangkan sekarang keseluruhannya, mulai dari kursi dan meja hingga atapnya.

"Kalau tumbuh lagi kita sikat lagi," tegas Syafruddin.

Sehingga, ini menjadi pelajaran bagi mereka untuk menjadikan warung mereka sebagai ajang maksiat bagi orang-orang tertentu. Lagi pula, mereka perlu izin tempat usaha dan sekarang belum mereka miliki. Maka warung mereka terpaksa dibongkar secara keseluruhan. Namun, walau sudah punya izin, tetapi masih disinyalir digunakan untuk maksiat, maka akan tetap dibongkar.

Kepala Kantor Pol PP Padang, Drs Dedi Henidal kepada wartawan menyebutkan, supaya warung esek-esek ini tidak menjamur kembali, maka pihaknya akan rajin melakukan pengawasan. Tidak saja di kawasan ini, namun juga kawasan Pasie Jambak dan Pantai Padang.

Untuk mereka yang belum punya izin, maka segeralah mengurus izin. Sehingga tidak lagi warung mereka dibongkar, karena kalau sudah ada izin tidak akan dibongkar. Akan tetapi, warung yang sudah mempunyai izin tersebut akan tetap dibongkar apabila warung mereka masih disinyalir digunakan oleh pihak tertentu kepada perbuatan yang mengarah kepada maksiat.

Untuk jelasnya, sudah ditentukan bahwa warung yang mempunyai sekat-sekat pada tempat duduknya dan remang-remang serta tidak terlihat secara jelas dari jalan disinyalir digunakan untuk berbuat maksiat oleh pihak tertentu. Kalau kondisi warung tersebut masih seperti itu, maka akan tetap dibongkar walau mereka sudah punya izin.

Sisi Lain Pembongkaran Warung Esek-esek Bukik Lampu dan Gates

Dalam kondisi ekonomi masyarakat yang semakin semberawut dan sulitnya himpitan kebutuhan yang semakin meningkat, tempat usaha pun terpaksa direlakan untuk dibongkar. Begitu nasib yang dialami puluhan warga di kawasan Bukik Lampu Kelurahan Labuhan Tarok Kecamatan Bunguih Taluak Kabung.

Karena dari pantauan POSMETRO dan pengakuan warga setempat pada saat pembongaran, Senin (29/10), mereka enggan untuk tidak membangun warung tersebut. Karena sedikit banyaknya pendapatan mereka dari tempat itu. Apalagi sekarang sulit mencari kerja dan begitu juga untuk masuk sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS).

Seperti yang disebutkan seorang ibu rumah tangga, Andam (52) warga Labuhan Tarok kepada POSMETRO mengatakan, keluarganya tidak ada yang pegawai negeri, sementara perekonomian sekarang sulit dan suaminya pun tidak mempunyai pekerjaan tetap. Kami hanya menurut apa yang seharusnya bagi pemerintah. Kalau soal izin mereka sedang mengurusnya. Karena memang pemberitahuannya baru tiga hari yang lalu.

Kami bukannya membangkang kepada pemerintah. Namun kami hanya bisa berusaha di sini. Karena kami tidak ada usaha lain untuk mengais rezeki dan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tempat kami ini setelah ini akan kami buat sesuai dengan peraturan yang tidak mempunyai sekat-sekat dan tidak remang-remang. (nph)


Sawahlunto dan Pariwisata


Sawahlunto dan Pariwisata

Seluruh daerah kabupaten/kota di Sumbar memiliki obyek wisata masing-masing. Masing-masing obyek yang dimiliki itu berbeda karakteristik masing-masingnya. Dengan demikian, setiap kabupaten/kota bisa pula berkreasi sendiri untuk mengembangkan pariwisata itu tanpa membangun sesuatu yang sudah ada di kabupaten atau kota lain.

Seperti Kota Sawahlunto, memiliki sebuah ide untuk membangun sebuah obyek wisata yang belum dimiliki oleh daerah lain. Ide itu pun dijalankan dan ide itu bisa terwujud dengan sebuah bukti yaitu hadirnya Water Boom di tepi Jalan Lintas Sumatera Muaro Kalaban.

Dengan adanya Water Boom sebagai salah satu aset wisata, telah bisa menambah pendapatan daerah bagi Kota Sawahlunto. Apalagi pada saat lebaran yang lalu telah menarik perhatian pengunjung yang mencapai ribuan orang. Dari hasil penjualan tiket saja, pemasukan PAD untuk Kota Sawahlunto mencapai Rp 500 juta.

Selain itu, juga ada obyek wisata lainnya seperti pacuan kuda dengan alamnya yang indah dan asri. Walau pada awalnya hanya bisa untuk pertandingan dan perlombaan regional, namun kini sudah bisa untuk nasional. Malahan, beberapa waktu yang akan datang akan digelar disana pertandingan pacuan kuda tingkat internasional.

Di lingkungan yang asri dan indah itu juga ada sebua objek wisata yaitu Taman Satwa Kandi. Walau tidak terkenal seperti kebun binatang yang ada di Sumbar, namun cukup untuk memuaskan pengunjung yang datang kesana.

Karenanya, Kota Sawahlunto dengan Kota Kuali ini bertekad memajukan negeri dengan pariwisata. Hal itu sesuai dengan tekadnya sejak awal masa jayanya karena Tambang Batubara yang telah menjadi "Kota Wisata Tambang yang Berbudaya". Karena Tambang Batubara telah menjadikan negeri yang dilingkung oleh bukit itu dihuni oleh berbagai etnis dan suku bangsa.

Mulai dari keturunan Belanda, Jepang, Jawa, Sunda, Melayu, Kalimantan, Cina dan lainnya. Hal ini menjadikan Kota Sawahlunto daerah yang berbeda dari daerah lainnya di sumbar. Dia memiliki keragaman yang tidak bisa dicontoh daerah lain. Walaupun berbeda, namun sangat jarang sekali terjadinya keributan, sehingga keamanan pun bisa dijamin. (Pitos)


TELKOMSELsiaga Raih 3 Penghargaan MURI


Layanan TELKOMSELsiaga raih 3 penghargaan MURI
Telkomsel Layani 60% Kebutuhan Komunikasi Lebaran

PADANG, METRO

Dari 11 juta pemudik lebaran 2007 (baik yang berponsel maupun yang tidak), sekitar 3,6 juta merupakan pelanggan Telkomsel. Bahkan jaringan Telkomsel melayani sekitar 60% dari trafik komunikasi SMS pengguna mobile cellular di Indonesia saat hari raya Idul Fitri 1428 H.

Direktur Perencanaan dan Pengembangan Telkomsel Syarif Syarial Ahmad mengatakan, "Sebagai service leader, kami sangat konsen dengan upaya menghadirkan kelancaran dan kenyamanan berkomunikasi menjelang dan saat hari raya. Dimana lonjakan trafik komunikasi biasanya meningkat dua kali lipat dari hari normal. Kami bersyukur seluruh layanan mulai dari voice, SMS, MMS, mobile data hingga 3G video call dapat dinikmati dengan nyaman oleh pelanggan.”

Dari sisi handling trafik SMS lebaran yang sering dijadikan parameter performansi jaringan suatu operator, pelanggan Telkomsel tetap nyaman ber-SMS person to person. Sehingga jumlah SMS mencapai mencapai 419 juta saat peak day lebaran dan SMS layanan konten sebanyak 14 juta atau sekitar 60% traffik pengguna SMS mobile cellular.

Sedangkan Layanan akses khusus TELKOMSELsiaga *123# mendapat respon yang sangat positif sepanjang periode ramadhan dan mudik. Tercatat terjadi kenaikan antusias pelanggan mencapai 330% dibanding tahun lalu dengan 283.360.102 hit (tahun lalu 65.845.518 hit).

“Kami bersyukur proses panjang dan menyeluruh dalam rangka menghadirkan kenyamanan pelanggan saat mudik dan Lebaran tahun ini, atau program yang kita kenal dengan TelkomselSiaga, menunjukan hasil yang signifikan bahkan memuaskan. Ini adalah keberhasilan bersama dalam melayani masyarakat”, ungkap Syarif.

Bahkan program TELKOMSELsiaga 2007 mendapat 3 (tiga) penghargaan Rekor MURI (Museum Rekor Dunia Indonesia). Pertama diraih sebagai pemrakarsa dan penyelenggara posko layanan telekomunikasi kepada pemudik terlama sejak 1997. Kedua diraih sebagai posko layanan telekomunikasi dengan jumlah terbanyak mencapai 580 posko. Ketiga diraih sebagai mudik gratis bersama dengan jenis kendaraan transportasi terbanyak (pesawat, kereta api, bus, mobil dan motor).

Secara khusus, Kiskenda juga menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak khususnya: Polri, Dephub, Pemda, MURI, serta mitra vendor, content, dan dealer yang telah secara bersama menghadirkan kemanfaatan nyata bagi masyarakat luas. “Semoga ke depan kehadiran Telkomsel bersama mitra kerjanya semakin membawa manfaat bagi masyarakat luas, bangsa dan negara Indonesia”, papar Syarif. (nph)

Kajati Sumbar mengaku Mantan Preman


Kajati Sumbar mengaku Mantan Preman Subarang Padang
Emosional, Puluhan Demonstran pun Diusir
Demonstran Minta 33 orang Mantan Anggota DPRD Sumbar Dieksekusi

PADANG, METRO

"Kalian jangan pancing-pancing, saya ini juga preman, preman Subarang Padang". Begitu seutas ucapan yang keluar dari mulut Kepala Kejaksaan Tinggi (Kajati) Sumbar, Winerdi Darwis SH MH ketika menerima sekitar 40 demonstran yang berasal dari Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan organisasi mahasiswa peduli penegakkan hukum kasus tindak pidana korupsi.

Bertolak dari janji Kejaksaan Tinggi Sumbar beberapa waktu lalu yang akan mengeksekusi 33 orang mantan anggota DPRD Sumbar yang menjadi terpidana kasus korupsi APBD tahun 2002 menunggu vonis terhadap 10 orang yang lainnya, maka LSM dan Mahasiswa yang peduli dengan kasus korupsi di Sumbar ini melakukan sharing ke Kejati Sumbar untuk kejelasan tindakan aparat lembaga hukum tinggi tersebut.

Pada awalnya, beberapa saat, Kajati Sumbar, Winerdi Darwis SH MH menjamu sekitar 40 orang massa yang ingin melakukan sharing di halaman dalam Kejati Sumbar itu. Dengan menggunakan pengeras suara, ia memberikan kesempatan kepada massa untuk mengemukakan tujuan mereka mendatangi kantornya itu.

Satu persatu pertanyaan pun terlontar dari orang per orang massa tersebut. Kesemua pertanyaan itu tidak jauh beranjak dari seputar 10 orang mantan anggota DPRD Sumbar dalam kasus korupsi APBD 2002 yang divonis bebas oleh Mahkamah Agung dan 33 orang lainnya yang sudah divonis bersalah dan menunggu eksekusi.

Beberapa jawaban pun keluar dari mulut Kajati Sumbar tersebut. Salah satunya yaitu bahwa dirinya akan berangkat ke pusat untuk menjemput surat putusan MA tersebut secara lengkap. Karena yang sampai kepada pihaknya baru kutipannya saja.

Namun, ketika salah seorang dari massa sharing mengajukan pertanyaan mengenai eksekusi terhadap 33 orang mantan anggota DPRD itu, massa yang lain menimpali sehingga suara sedikit ribut dan tidak jelas. Sementara pada waktu itu Kajati hendak menjawab pertanyaan yang dilontarkan massa tentang eksekusi tersebut.

Maka akhirnya, Kajati pun geram dan berkata "Kalian jangan pancing-pancing, saya ini juga preman, preman Subarang Padang". Saat itu pula dirinya membalikkan badan dan berlalu dari hadapan massa. Kemudian salah seorang jajarannya menyampaikan perkataan yang sedikit bernada jengkel, "Beliau itu kan orang tua, tolong hormati sedikit".

Karena itu pula sekitar 40 orang massa pun diusir dari halaman dalam gedung Kejati tersebut. Akibatnya, massa pun membubarkan diri dan balik kanan menuju halaman depan Kejati Sumbar tersebut.

Koordinator Massa yang Sharing tersebut, Ardisal SH kepada wartawan usai diusir Kajati Sumbar tersebut di halaman depan Kejati mengatakan, pihaknya kecewa dengan sikap Kajati yang demikian itu. Padahal mereka ingin bertemu Kajati hanya untuk sharing tentang sikap Kajati mengenai 33 orang mantan anggota DPRD Sumbar itu yang terdapat pada 4 berkas dalam kasus korupsi APBD Sumbar tahun 2002 itu.

Selain itu juga mempertanyakan janji kejaksaan yang menunggu vonis 10 orang anggota DPRD Sumbar untuk mengeksekusi 33 orang lainnya. Karena vonis terhadap 33 orang tersebut sudah inkraach (mempunyai kekuatan hukum tetap). Sehingga tidak ada alasan untuk tidak menjalankan eksekusi terhadap mereka. Hal ini dengan tujuan tidak lain adalah untuk tegaknya supremasi hukum yang menyatakan bahwa seluruh warga negara sama kedudukannya dalam hukum.

Mengenai ucapan Kajati kepada mereka itu dikatakan Ardisal bahwa mereka kecewa dengan ucapan yang tidak seharusnya diucapkan oleh seorang Kajati. Karena seorang Kajati tidak pantas berkata seperti itu. (nph)


Kayu, Kegunaan & Daya Yang Dipunyainya


Kayu, Kegunaan & Daya Yang Dipunyainya.

Dikalangan masyarakat kita, terutama yang ada di Pulau Jawa, ada yang mempunyai keyakinan bahwa untuk beberapa jenis kayu tertentu, ada yang memiliki daya gaib dan khasiat tertentu. Asal kayu tersebut bisa saja karena berasal dari pohon atau kayu bekas tempat keramat atau yang dikeramatkan seperti makam leluhur, para Wali atau karena langka, susah mendapatkannya atau bisa juga karena memiliki sifat khusus yang tidak dimiliki kayu lain.

Derajat tuah kayu tergantung dari tempat tumbuh, lingkungan dan tata cara pengambilannya yang kadangkala memerlukan sesajian. Selain itu gambar yang ada pada kayu karena proses alam atau pembusukan atau penyakit pohon kadangkala diyakini memiliki pengaruh gaib juga, contohnya Pelet Kendhit pada "Warangka keris" dari kayu Timaha dipercaya memiliki daya mengikat tamu hingga mereka tidak meninggalkan tempat hajatan sebelum acara selesai.



Seni Bercinta ala Kitab Kuno

Ringkasan ini tidak tersedia. Harap klik di sini untuk melihat postingan.

Sumbar Bakal Punya LP Narkotika Berkapasitas Besar


Sumbar Bakal Punya LP Narkotika Berkapasitas Besar
Bangun LP Perempuan untuk Antisipasi Pelanggaran HAM terhadap Perempuan
Menghindari LP Digunakan sebagai Sekolah Kejahatan

PADANG, METRO

Menyusul beradanya Sumbar pada rangking kelima dalam pengungkapan kasus narkoba di Indonesia, Kantor Wilayah Hukum dan Hak Azazi Manusia (Kanwil Dephum dan HAM) berniat akan membangun Lembaga Pemasyarakatan (LP) khusus narkotika. Selain itu juga berencana membangun LP khusus perempuan.

Kepala Kanwil Dephum dan HAM melalui Kepala Divisi Pemasyarakatan, Budi Sulaksana BC IP SH MSi kepada POSMETRO di kantornya mengatakan, Sumbar hingga saat ini belum memiliki LP yang berkapasitas besar dan LP khusus dengan pengawasan serta perhatian khusus pula. Sehingga tahanan dan narapidana terpaksa dimuat-muatkan pada LP yang ada. Sehingga terjadilah kelebihan kapasitas yang membuat LP tersebut rawan pelanggaran HAM dan kebobolan serta membuat pihak LP kewalahan dalam pengurusannya.

Selain itu, pada tahun lalu Sumbar berada pada rangking kelima dalam pengungkapan kasus narkotika. Tragedi kebobolan LP juga sudah terjadi hingga 3 kali. Hal ini kiranya perlu disikapi secara cepat supaya tidak terjadi lagi hal-hal yang tidak diinginkan. Baik terhadap penguasa LP maupun penghuni LP tersebut. Terutama bagi narapidana dan tahanan perempuan yang rawan dalam pelanggaran HAM.

"Untuk itu, pihak kami berencana membangun LP khusus pemakai narkotika di Kota Sawahlunto. Mengenai kapasistas kita akan usahakan bisa menampung 1.000 orang tahanan dan narapidana. Dengan demikian, pengelolaan LP bisa dilakukan secara maksimal. Terutama dalam menyelamatkan generasi muda yang sudah terlanjur tercempung ke dunia narkotika tersebut," ungkap Budi.

Dijelaskan Budi, di LP tersebut, para pecandu dan pemakai akan dibina dan sekaligus di rehabilitas supaya terlepas dari barang haram tersebut. Sehingga masa depan mereka yang suram kembali bisa ditatap dengan semangat. Akhirnya, mereka yang keluar dari LP tersebut tidak kembali lagi kepada jalan yang salah tersebut.

Sementara, untuk LP khusus perempuan direncanakan akan dibangun di Kota Bukittinggi. Tepatnya di LP yang lama dengan cara merehabilitas bangunan yang ada menjadi lebih baik. Didirikannya LP khusus perempuan ini untuk menjauhkan perempuan ini dari ancaman pelanggaran HAM dan pelampiasan nafsu birahi tahanan dan narapidana laki-laki. Lagi pula, narapidana dan tahanan perempuan itu bisa diberdayakan untuk industri. Karena di Kota Bukittinggi terkenal dengan batik dan sulamnya yang sudah terkenal di seluruh daerah, malahan sudah mencapai luar negeri.

Namun, yang paling penting adalah menjaga martabat penegak hukum di mata masyarakat akibat lepasnya tahanan dari LP. Juga untuk menghalangi atau menghindari terjadinya perkembangan kejahatan di LP. Karena LP bisa saja digunakan para tahanan dan narapidana sebagai "Sekolah Kejahatan". Sehingga keluar dari LP narapidana tidak bertobat malahan melakukan kejahatan yang lebih besar. (nph)


Sepasang Mahasiswa Unand Kepergok Warga Sedang Karaokean


Sepasang Mahasiswa Unand Kepergok Warga Sedang Karaoke
Warga Lapor ke Pol PP Padang
Ado fotonyo Bang...! Di fila ambo tanggal kini, Ado Namonyo.

PADANG, METRO

Dunia pendidikan kembali tercoreng! Kali ini ulah perilaku sepasang mahasiswa Unand dari fakultas yang berbeda, "Rice Roinboy" (22-lk) dan "Dian Putri". Pasalnya, mereka kepergok warga sedang "Karaokean" di sebuah bangunan belum jadi di kawasan GOR Haji Agus Salim Jalan Rimbo Kaluang, Sabtu (28/10) sekitar pukul 22.00 WIB. Akibatnya, dari awal kepergok hingga anggota Pol PP Padang datang, sang perempuan terpaksa terus memegang "Anu" sang laki-laki.

Dian, pasangan dari Rice yang belum terikat ikatan suami istri ini yang ditemui POSMETRO di Kantor Pol PP Padang yang mampu menyembunyikan wajahnya dengan menundukkan kepala ke meja piket posko Kanto Pol PP Padang Jalan Bagindo Aziz Chan. Apapun pertanyaan yang dilontarkan para kuli tinta dan kuli disket kepadanya haya dijawab dengan diam. Sementara, Rice diperiksa intensif Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) Pol PP Padang di ruangan penyidik.

Kepala Kantor Pol PP Padang, Drs Dedi Henidal kepada wartawan di kantornya pada malam itu menyebutkan bahwa ketika pihaknya sedang menjalankan patroli, datang telepon dari warga kawasan GOR Haji Agus Salim bahwa mereka memergoki sepasang mahasiswa berbuat tidak senonoh "Karaokean". Dalam telepon itu dikatakan warga bahwa mereka masih tetap dalam keadaan semula yaitu sang perempuan masih memegang "Anunya" sang laki-laki.

Karena mendapatkan informasi yang lengkap seperti itu, maka anggota dari Kompi B beserta komandan kompinya pun menuju lokasi yang dimaksud. Sesampai didana, ternyata memang benar mereka masih dalam keadaan tidak senonoh. Walau baju mereka tidak terbuka, tetapi tangan sang perempuan masih berada pada kelamin lelaki tersebut yang masih "Menegang".

Karenanya, mereka ditandang ke kantor untuk dilakukan pemeriksaan. Pemeriksaan ini terkait dengan perbuatan mereka itu apakah sudah sering mereka lakukan atau baru pertama kali itu. Jikalau itu sudah sering, maka kita akan panggil orang tua kedua belah pihak untuk menyelesaikannya secara kekeluargaan. Jikalau baru itu pertama kali maka mereka akan diberi nasehat dan membuat surat pernyataan tidak akan mengulangi perbuatan itu lagi.

"Hal ini sangat tidak mencermin genarasi muda penerus bangsa yang baik. Hal ini merupakan pencemaran bagi dunia pendidikan dan nama baik mahasiswa di mata masyarakat. Perbuatan mereka juga membuat nama Kota Padang yang bertekad menjadi Kota yang Religius tercemar. Untuk itu, kepada masyarakat yang telah melaporkan mereka kami ucapkan terima kasih. Karena, dengan begini telah menyatakan bahwa masyarakat telah berperan aktif dalam memberantas maksiat di Kota Padang," terang Dedi. (nph)


Puisi Jilid I


* Menapak Masa Depan *
Karya : Nolpitos Hendri, S.Hum


Kisi-kisi hatiku diselimuti dengan sutra cinta
Bekas-bekas luka di kalbuku disiram dengan kasih
Sudut-sudut fikiran kotorku kubasuh dengan zikir
Hingga damai di hati dapat kunikmati

Kawan…!
Tolehkanlah mukamu dari yang nista
Hadapkanlah wajahmu ke arah kiblat
Agar kau bisa melihat Tuhan

Biarkan gemuruh ombak menghempas pantai
Tunggu badai menjadi riak
Jangan bunuh benih cinta di hatimu
Semailah kebajikan
Semailah perhatian
Agar tumbuh kasih
Agar tumbuh cinta
Jadilah hamba yang mengabdi
Jadilah anak yang berbakti
Jadikan hidupmu berarti

Tapaki masa depan dengan fikiran jernih
Arungi samudera cita dengan pengalaman
Agar tak tersandung di batu yang sama
Agar tak ada penyesalan
Agar tak menyalahkan diri sendiri
Berhenti berharap
Agar tak ada kekecewaan
Agar hati tak terluka
Agar kita selalu bersama Tuhan


* Jiwa yang Terpental *
Karya : Nolpitos Hendri, S.Hum


Di saat ku menapaki jalan imajinasi
Banyak kutemui jiwa yang terpental
Terpental dari jasad yang penuh fatamorgana
Dari jasad yang hampa dengan iman

Mereka mengadu kepadaku
Mereka kecewa dengan jasadnya
Yang tak punya perasaan
Tak punya kasih
Tak punya sayang
Apalagi punya cinta

Mereka merasa tak punya arti
Dan terabaikan
Serta terlupakan
Mereka berpesan
Wahai manusia…!
Jadilah umat yang beriman
Jadilah insan yang punya kasih
Insan yang punya sayang
Dan insan yang punya cinta
Sadarlah dari mimpi yang tak pasti
Bangkitlah dari kemerosotan iman
Berdirilah dari kajatuhan kasih
Bangunlah dari kehampaan sayang

Tapaki masa depan dengan cinta
Dengan semua itu dunia akan damai
Hidup akan terasa berarti
Hati akan tenang
Tak akan ada kekecewaan
Takkan ada hati yang terluka

Dengan itu Tuhan akan melimpahkan anugerah-Nya
Bencana takkan datang silih berganti
Takkan ada lagi jiwa yang dikorbankan
Sadarlah…!
Sadarlah…!
Sadarlah…!
Sadarlah wahai manusia…!


* Hayalan dan Kenyataan *
Karya : Nolpitos Hendri, S.Hum


Terpaan badai silih berganti
Bencana sering terjadi
Berkacalah…!

Beningnya laut diterpa matahari
Bak mutiara yang berkilauan
Niat hati hendak memungut
Niat hati hendak memetik
Kiranya itu hanya hayalan
Nyatanya itu hanya angan

Semilirnya angin laut
Sejuknya hawa pegunungan
Tetes-tetes embun pagi
Menidurkan mata yang terpana
Membelai kulit yang mulus
Menelusuri ruang-ruang terlarang
Meraba benda-benda tersembunyi
Mencium si molek rupa
Menggetarkan seluruh tubuh
Menghempaskan jasad yang tersulap
Di atas peraduan kasih
Di ranjang-ranjang kemesraan
Dalam lorong-lorong kenikmatan

Hingga kicauan burung camar membangunkan
Mengabarkan bencana
Akhirnya hatipun terluka
Kecewa dan merana
Terjatuh ke dalam Lumpur beronak
Kikislah harapan selama ini

Riwayat Hidup Gue


RIWAYAT HIDUP PENULIS



A. Masa Kanak-kanak
Penulis dilahirkan di Kampung Dalam, sebuah desa kecil dalam kecamatan Lubuk Tarok Kabupaten Sawahlunto Sijunjung Sumatera Barat. Tepat pada hari sabtu jam 10.00 WIB pada tanggal 27 April 1980. Pada awalnya diberi nama Septian Aristos Niagara, kemudian karena adat orang kampung, bila anak nakal dan berkelakuan kurang baik berarti namanya tidak cocok padanya. Berhubung dengan hal tersebut maka namapun diganti menjadi Nolpitos Hendri.
Pada masa kanak-kanak, kehidupan penulis begitu menggembirakan. Penulis terbiasa bergembala sapi (lembu) bersama nenek, ke sawah dan tidak lupa bermain dengan teman sebaya. Bergembala adalah suatu pekerjaan yang sangat menyenangkan dan menggembirakan dan ke sawah juga tidak lebih menyenangkan.
Kegiatan itu dilakukan pada siang hari, sedangkan pada malam hari penulis pergi mengaji ke surau bersama teman-teman. Awal mengaji penulis belajar dengan Juz Amma, kemudian setelah menamatkan Juz Amma baru melanjutkan mengaji Al Quran Karim. Penulis menamatkan Al Quran (katam quran) pada umur dua belas tahun tepatnya pada waktu penulis berada di kelas lima Sekolah Dasar. Dalam katam quran ini penulis bersama lima belas orang teman lainnya.

B. Masa Sekolah
Penulis masuk Sekolah Dasar pada tahun 1987, lebih berumur dari tujuh tahun, untuk itu tanggal lahir penulis dimajukan menjadi tanggal 07 Juli 1980 supaya tepat berumur tujuh tahun masuk di Sekolah Dasar 35 Desa Kampung Dalam. Pada masa Sekolah Dasar ini penulis lebih suka belajar matematika, membaca dan agama. Peringkat yang penulis dapat memang tidak begitu menggembirakan. Selama berada di Sekolah Dasar hanya dua kali mendapat juara dua, selebihnya hanya mendapat sepuluh besar. Pada kelas lima, penulis tertunjuk untuk mewakili desa Kampung Dalam dalam MTQ Kecamatan Lubuk Tarok di bidang Ceramah Agama tingkat anak-anak. Alhamdulillah pada perlombaan ini penulis mendapat juara I. Pada akhir di Sekolah Dasar penulis hanya mendapat Nilai Ebtanas Murni (NEM) tiga puluh tiga koma tiga lima (33,35).
Setelah menamatkan Sekolah Dasar penulis melanjutkan sekolah ke Madrasah Tsanawiyah di Palangki. Pada masa ini penulis tidak banyak menggapai prestasi yang gemilang. Itu mungkin disebabkan pergaulan penulis dengan anak-anak kampung tersebut yang sering bermain dan bolos sekolah. Pada waktu panulis berada di kelas dua, penulis mendapat kesempatan untuk ikut dalam lomba lari jarak 10 KM yang diadakan oleh Radio Salju Muaro Sijunjung. Dalam perlombaan ini penulis hanya mendapat juara II. Pada akhir di Madrasah Tsanawiyah ini penulis mendapat Nilai Ebtanas Murni dua puluh delapan koma dua tujuh (28,07).
Dari Madrasah Tsanawiyah ini penulis melanjutkan ke Madrasah Aliyah juga di Palangki. Suasana di sekolah ini tidak jauh berbeda dengan suasana sebelumnya. Jaraknya hanya sepuluh meter saja, yang hanya dibatasi pagar kawat dan selokan. Di sekolah ini penulis suka berteman dengan orang-orang yang pintar. Kembali pada waktu kelas tiga Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), penulis diberi kesempatan kembali untuk mewakili sekolah dalam perlombaan lari jarak 10 KM yang diadakan oleh Radio Salju Muaro Sijunjung. Dalam perlombaan ini penulis dianugerahi juara I dari empat puluh lima orang peserta. Pada kelas tiga, penulis mengambil jurusan IPA (ilmu pengetahuan alam), dan tamat dengan nilai NEM (nilai ebtanas murni) tiga puluh tujuh koma tiga lima (37,35).

C. Masa-masa jadi Mahasiswa
Baru tamat di Madrasah Aliyah, bapak penulis dinobatkan menjadi datuk dengan gelar Bagindo Rajo. Maka pada saat penobatan itu penulis diberi gelar pula dengan gelar Gorak Alam. Karena adat di Ranah Minang, seorang anak laki-laki kalau sudah besar harus diberi gelar sebagaimana kata pepatah “Ketek banamo gadang bagala”. Maka penulis di kampung dipanggil dengan gelar Gorak Alam, walau kadang orang juga memanggil nama. Dengan demikian, penulis memberikan singkatan gelar dibelakang nama penulis dengan singkatan GA.
Pada waktu berada di kelas III Madrasah Aliyah mengikuti seleksi PMDK salah satu perguruan tinggi Islam yaitu IAIN Imam Bonjol Padang. Dengan rahmat Tuhan yang maha kuasa, penulis dinyatakan lulus dalam seleksi. Dengan hal itu penulis diizinkan oleh orang tua untuk melanjutkan studi ke Perguruan Tinggi. Di Perguruan Tinggi ini penulis mengambil Jurusan Sejarah Kebudayaan Islam pada Fakultas Adab.
Awal perkuliahan di sini diawalai dengan OSPEK (Orientasi Pengenalan Kampus). Salah satu program Badan Eksekutif Mahasiswa Institut yang bekerja sama dengan Rektor serta seleruh Dekan di lingkungan IAIN Imam Bonjol Padang. OSPEK ini di adakan pada bulan Agustus tahun 1999. Dalam masa OSPEK ini berbagai kegiatan, pergenalan organisasi diadakan, baik itu kegiatan intra maupun ekstra, organisasi intra maupun ekstra, UKK, UKM dan sebagainya. Selama pelaksanaan OSPEK tersebut penulis tertarik kepada sebuah organisasi yang begitu populer dan akslusif di kalangan mahasiswa yaitu Resimen Mahasiswa (MENWA).
Masa OSPEK pun berlalu, perkuliahan pun di mulai. Satu tahun perkuliahan di mulai, Resimen Mahasiswa membuka kesempatan bagi mahasiswa baru untuk mendaftar sebagai Camen (calon menwa). Maka tanpa pikir panjang, penulis pun mendaftar sebelum terlebih dahulu melengkapi syarat-syaratnya. Hari-hari pun berlalu dan sampailah pada waktunya tes. Tes pun berjalan dengan lancar dan saatnya menunggu hasil. Tidak lama waktu berselang, hasil tes pun di umumkan dan penulis dinyatakan lulus sebagai camen.
Pada bulan Agustus 2001, waktunya untuk Pendidikan Dasar Militer (Diksarmil), yang diadakan di Secata B Padang Panjang selama tiga minggu. Dalam Diksarmil tersebut, berbagai kegiatan diajarkan kepada Camen, mulai dari bongkar pasang senjata, sampai taktik tempur gelirya, mulai dari baris berbaris sampai turun naik tali (Snepring), mulai dari pus up sampai beladiri militer. Sekembalinya dari Diksarmil ini, Camen sudah dinyatakan sebagai anggota Resimen Mahasiswa Satuan 103 Mahasakti IAIN Imam Bonjol Padang khususnya, Resimen Maharuyung Sumatera Barat umumnya. Pernyataan diterima sebagai anggota ini ditandai dengan pemakaian Baret Ungu (Baret Resimen). Sebelum itu diadakan acara pengambilan baret pada malam hari dengan melalui beberapa rintangan dan ketangkasan medan serta kekuatan fisik.
Demi tercapainya sebuah cita-cita maka anggota baru dituntut untuk mengembangkan apa-apa yang telah didapat selama pendidikan tersebut. Terutama dalam bidang beladiri, untuk itu seluruh anggota baru diwajibkan untuk belajar beladiri pada UKM Beladiri Tarung Derajat Satlat 07 IAIN Imam Bonjol Padang. Selain dari itu, untuk mengembangkan cakrawala berfikir, maka penulis memasuki sebuah organisasi ekstra yaitu HMI (Himpunan Mahasiswa Islam).
Dua tahun berselang, kegiatan demi kegiatan penulis ikuti, baik dalam Resimen Mahasiswa, Tarung Derajat maupun di HMI. Pada tahun 2003 bulan Februari, penulis mengikuti sebuah ivens tingkat regional yaitu Kejuaraan Antar Satlat Se-Sumatera Keluarga Olahraga Tarung Derajat (KODRAT) yang diadakan di GOR Universitas Andalas Padang. Pada kejuaraan ini penulis belum meraih prestasi.
Pada ivens selanjutnya di Kota Bukittinggi yaitu Kejurda Fordekok I Keluarga Olahraga Tarung Derajat, penulis kembali ikut mewakili Kota Solok pada kelas yang sama. Kejurda ini diangkat oleh Pengcab Kota Bukittinggi di GOR Bukit Ngarai pada tahun Juli 2003. Pada ivens ini penulis mendapatkan Mendali Perak setelah menghadapi petarung dari Payakumbuh pada final. Kemudian ivens selanjutnya yang penulis ikuti adalah Porda IX di Kabupaten Solok pada Februari 2004. Pada ivens ini penulis menyumbangkan Mendali Perunggu untuk Kabupaten Padang Pariaman setelah menghadapi petarung dari Kota Payakumbuh pada Semi Final. Evens yang terakhir kali penulis ikuti adalah Porprov X Sumbar yang diadakan di Muaro Sijunjung. Pada evens ini penulis mewakili Kota Pariaman, namun penulis tidak bisa menyumbangkan mendali karena cedera kaki.

D. Prinsip-prinsip Hidup dan Pemikiran Penulis tentang Puisi dan Kata-kata Mutiara
1. Prinsip Hidup
Dalam hidup dan kehidupan, manusia mempunyai basik sendiri-sendiri yang dijadikan motivasi. Baik itu berupa prinsip maupun itu berupa seseorang. Sebuah prinsip bisa membuat seseorang menjadi orang sukses dan berhasil dalam mencapai cita-cita untuk masa depannya. Keberadaan seseorang disampingnya juga bisa membuat seseorang itu berhasil mencapai cita-citanya. Karena sebuah prinsip adalah sebuah dasar dalam bertindak dan berbuat untuk mencapai sebuah tujuan dan cita-cita.
Begitu juga penulis, dalam hidup dan kehidupan serta dalam mencapai cita-cita dan suatu tujuan memegang sebuah kata dari Mantan Presiden Repoblik Indonesia yang pertama yaitu Seokarno, beliau berkata : “ Dalam menjalani persoalan kehidupan kita harus berani hidup jangan berani mati, tapi dalam berjuang kita harus berani mati demi ibu pertiwi dan kemerdekaan bukan berani hidup tapi dijajah”. Dalam ungkapan tersebut terkandung sebuah makna bahwa kita harus berjuang, berjuang dan berjuang untuk mencapai tujuan dan cita-cita. Dan kita berjuang bukan untuk putus asa, tetapi untuk mencapai keberhasilan dan cita-cita yang kita impikan.
Selain itu penulis juga mencangkok seutas perkataan dari Thomas Alfa Adison si penemu listrik dan bola lampu, yaitu : “ Trial and error (mencoba dan gagal)”. Karna dalam kehidupan, kita tidak akan bisa berbuat sesuatu kalau kita tidak mencoba. Kita tidak akan bisa bermain bola kalau kita tidak mencoba, kita tidak akan bisa membaca kalau kita tidak mencobanya, hal ini seperti yang dilakukan oleh Thomas dalam percobaannya yang mencapai sembilan ribu kali. Dari hal ini kita bisa mengambil sebuah kesimpulan bahwa kita tidak boleh putus asa dan kita harus mencoba untuk mengetahui kita bisa atau tidak.